ENDE
-- Sekolah Menengah Atas Katolik (SMAK) Frateran Ndao akan menerapkan
sistem kredit semester (SKS) layaknya di perguruan tinggi mulai tahun
ajaran 2014/2015. SMAK Frateran Ndao menjadi satu-satunya sekolah di
Propinsi NTT yang menerapkan SKS.
Ketua Yayasan Mardi Wiyata yang menaungi SMAK Frateran Ndao, Frater Dr. M Monfort Mere, BHK, SE, M.Pd, MM mengatakan hal itu kepada Pos Kupang di Ende, Minggu (6/7/2014).
Frater Monfort mengatakan, terkait dengan penerapan SKS maka selama empat hari berturut-turut mulai Kamis (3/7/2014) hingga Minggu (6/7/2014) pihaknya mengadakan training khusus buat guru-guru SMAK Frateran Ndao di Aula SMA Katolik Frateran Ndao.
Dikatakannya, SMAK Frateran Ndao menyambut dengan gembira pelaksanaan kurikulum 2013. Pelaksanaan kurikulum 2013 di SMAK Frateran Ndao dimodifikasi dengan inovasi menganut pembelajaran SKS mulai semester pertama.
Alasannya, pertama, kurikulum 2013 mensyaratkan peminatan dilakukan pada semester pertama. Kedua, peserta didik diberi keleluasaan untuk belajar dan dapat menyelesaikan paket peminatan yang dipilih dalam waktu empat semester. Hal ini sangat mungkin ditempuh oleh peserta didik pada saat sekolah menerapkan SKS. Ketiga, SKS tidak menganut pola pembelajaran yang mengakibatkan peserta didik di akhir program dinyatakan tidak naik kelas karena belum mencapai kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran. Peserta didik justru dibimbing dan diarahkan untuk memilih dan menyelesaikan paket peminatan sesuai dengan kemampuannya melalui SKS.
Moving Class
Frater Monfort mengatakan, pelaksanaan SKS didukung dengan proses pembelajaran moving class. Proses ini ditempuh dengan alasan, pertama, pelaksanaan SKS memperhitungkan bobot SKS. Asumsinya satu SKS identik dengan dua mata pelajaran. Pembedahan kompetensi inti dan kompetensi dasar kurikulum 2013 dalam SKS memunculkan bobot SKS masing-masing pelajaran rata-rata dua SKS. Maka rata-rata tatap muka dikelas selama empat jam pelajaran. Alangkah bahagianya peserta didik setelah empat jam pelajaran berturut-turut dalam satu ruang kemudian jam pelajaran berikut berpindah ke ruang lain.
Kedua, proses perpindahan memberi ruang kepada peserta didik untuk relaksasi dan membangun komunikasi serta relasi dengan peserta didik lain. Ketiga, masing-masing peserta didik dilatih dan diberi kesempatan untuk menjadi pribadi dewasa yang disiplin dan bertanggung jawab terhadap tugas yang sedang diembannya sebagai manusia muda yang sedang belajar.
Keempat, idealnya masing-masing ruang pembelajaran dikemas sesuai dengan karakteristik mata pelajaran sehingga peserta didik selalu rindu untuk memasuki ruang itu.
Konsekuensi atas perubahan yang terjadi memunculkan ide untuk menerbitkan buku panduan akademik SKS dan moving class. Buku panduan inilah yang akan dipakai sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran di SMAK Frateran Ndao mulai tahun 2014/2015.
"Evaluasi, kritik, saran, masukan atas buku panduan ini akan dipakai untuk penyempunaan supaya pelaksanaan pembelajaran pada tahun yang akan datang semakin lancar," kata Frater Monfort.
Ketua Yayasan Mardi Wiyata yang menaungi SMAK Frateran Ndao, Frater Dr. M Monfort Mere, BHK, SE, M.Pd, MM mengatakan hal itu kepada Pos Kupang di Ende, Minggu (6/7/2014).
Frater Monfort mengatakan, terkait dengan penerapan SKS maka selama empat hari berturut-turut mulai Kamis (3/7/2014) hingga Minggu (6/7/2014) pihaknya mengadakan training khusus buat guru-guru SMAK Frateran Ndao di Aula SMA Katolik Frateran Ndao.
Dikatakannya, SMAK Frateran Ndao menyambut dengan gembira pelaksanaan kurikulum 2013. Pelaksanaan kurikulum 2013 di SMAK Frateran Ndao dimodifikasi dengan inovasi menganut pembelajaran SKS mulai semester pertama.
Alasannya, pertama, kurikulum 2013 mensyaratkan peminatan dilakukan pada semester pertama. Kedua, peserta didik diberi keleluasaan untuk belajar dan dapat menyelesaikan paket peminatan yang dipilih dalam waktu empat semester. Hal ini sangat mungkin ditempuh oleh peserta didik pada saat sekolah menerapkan SKS. Ketiga, SKS tidak menganut pola pembelajaran yang mengakibatkan peserta didik di akhir program dinyatakan tidak naik kelas karena belum mencapai kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran. Peserta didik justru dibimbing dan diarahkan untuk memilih dan menyelesaikan paket peminatan sesuai dengan kemampuannya melalui SKS.
Moving Class
Frater Monfort mengatakan, pelaksanaan SKS didukung dengan proses pembelajaran moving class. Proses ini ditempuh dengan alasan, pertama, pelaksanaan SKS memperhitungkan bobot SKS. Asumsinya satu SKS identik dengan dua mata pelajaran. Pembedahan kompetensi inti dan kompetensi dasar kurikulum 2013 dalam SKS memunculkan bobot SKS masing-masing pelajaran rata-rata dua SKS. Maka rata-rata tatap muka dikelas selama empat jam pelajaran. Alangkah bahagianya peserta didik setelah empat jam pelajaran berturut-turut dalam satu ruang kemudian jam pelajaran berikut berpindah ke ruang lain.
Kedua, proses perpindahan memberi ruang kepada peserta didik untuk relaksasi dan membangun komunikasi serta relasi dengan peserta didik lain. Ketiga, masing-masing peserta didik dilatih dan diberi kesempatan untuk menjadi pribadi dewasa yang disiplin dan bertanggung jawab terhadap tugas yang sedang diembannya sebagai manusia muda yang sedang belajar.
Keempat, idealnya masing-masing ruang pembelajaran dikemas sesuai dengan karakteristik mata pelajaran sehingga peserta didik selalu rindu untuk memasuki ruang itu.
Konsekuensi atas perubahan yang terjadi memunculkan ide untuk menerbitkan buku panduan akademik SKS dan moving class. Buku panduan inilah yang akan dipakai sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran di SMAK Frateran Ndao mulai tahun 2014/2015.
"Evaluasi, kritik, saran, masukan atas buku panduan ini akan dipakai untuk penyempunaan supaya pelaksanaan pembelajaran pada tahun yang akan datang semakin lancar," kata Frater Monfort.
No comments:
Post a Comment