Ende,Bangkai KM Ararya yang terdampar di ujung landasan
Bandara H. Hasan Aroeboesman sejak 11 Maret 2014 lalu, sudah
dipastikan dalam beberapa hari mendatang akan segera dipotong, karena
hingga memasuki tengah bulan September tidak ada kemauan baik dari
pemilik kapal untuk mengevakuasi.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Ende, Abraham Badu ketika ditemui, Sabtu (20/9).
Dia menyatakan setelah dilakukan pertemuan antara Dinas Perhubungan, pemilik kapal yang diwakili nahkoda KM Ararya, pihak Bandara H. Hasan Areoboesman dan Kesyahbandaraan Otoritas Pelabuhan Ende maka diputuskan Kapal Ararya yang selama ini karam dan mengganggu aktivitas penerbangan segera dipotong.
Dia menjelaskan, dalam pertemuan sudah diberikan tiga opsi terkait evakuasi KM Ararya tersebut kepada pemilik kapal. Ketiga opsi masing-masing kapal akan ditarik, opsi kedua kapal tersebut akan ditidurkan di kawasan tersebut dan terakhir yakni memotong bangkai kapal.
“Kita sudah berikan opsi tersebut kepada pemilik kapal. Namun dia menolak terhadap opsi penarikan kapal karena menurutnya biaya terlalu mahal. Sementara begitu juga opsi kedua pemilik kapal terus mengulur waktu. Sampai pada akhirnya diputuskan Otoritas Pelabuhan Ende, KM Ararya segera dipotong hingga titik aman untuk pendaratan pesawat,” jelasnya.
Dia menuturkan, opsi ketiga dipilih karena sesuai Undang-Undang Pelayaran nomor 17 tahun 2007 kapal yang karam hingga 180 hari harus sudah evakuasi. Karena itu, pihak otoritas pelabuhan mengambil tindakan tegas dan mengambil alih dalam proses pemotongan.
Kata dia, pemotongan tersebut akan dilakukan pada minggu-minggu kedepan.
“Otoritas Pelabuhan siap bertanggung jawab karena itu sudah melanggar UU Pelayaran apalagi sudah berdialog dengan pemilik kapal, namun tidak ada aksi nyata dari mereka sehingga diputuskan akan melakukan pemotongan kapal hingga titik keselamatan yang tidak mengganggu penerbangan,” ujarnya.
Seperti yang diketahui, penerbangan dari dan menuju Bandara H. Hasan Aroeboesman mengalami gangguan pascaterdamparnya KM Ararya bulan Maret 2014 lalu.
Ini berdampak pada pergeseran titik landing hingga mencapai 200 meter dan setiap penerbangan harus dikurangi seat-nya.Terganggunya penerbangan di Bandara H Hasan Aroeboesman, hampir setiap hari selalu terjadi penumpukan penumpang.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Ende, Abraham Badu ketika ditemui, Sabtu (20/9).
Dia menyatakan setelah dilakukan pertemuan antara Dinas Perhubungan, pemilik kapal yang diwakili nahkoda KM Ararya, pihak Bandara H. Hasan Areoboesman dan Kesyahbandaraan Otoritas Pelabuhan Ende maka diputuskan Kapal Ararya yang selama ini karam dan mengganggu aktivitas penerbangan segera dipotong.
Dia menjelaskan, dalam pertemuan sudah diberikan tiga opsi terkait evakuasi KM Ararya tersebut kepada pemilik kapal. Ketiga opsi masing-masing kapal akan ditarik, opsi kedua kapal tersebut akan ditidurkan di kawasan tersebut dan terakhir yakni memotong bangkai kapal.
“Kita sudah berikan opsi tersebut kepada pemilik kapal. Namun dia menolak terhadap opsi penarikan kapal karena menurutnya biaya terlalu mahal. Sementara begitu juga opsi kedua pemilik kapal terus mengulur waktu. Sampai pada akhirnya diputuskan Otoritas Pelabuhan Ende, KM Ararya segera dipotong hingga titik aman untuk pendaratan pesawat,” jelasnya.
Dia menuturkan, opsi ketiga dipilih karena sesuai Undang-Undang Pelayaran nomor 17 tahun 2007 kapal yang karam hingga 180 hari harus sudah evakuasi. Karena itu, pihak otoritas pelabuhan mengambil tindakan tegas dan mengambil alih dalam proses pemotongan.
Kata dia, pemotongan tersebut akan dilakukan pada minggu-minggu kedepan.
“Otoritas Pelabuhan siap bertanggung jawab karena itu sudah melanggar UU Pelayaran apalagi sudah berdialog dengan pemilik kapal, namun tidak ada aksi nyata dari mereka sehingga diputuskan akan melakukan pemotongan kapal hingga titik keselamatan yang tidak mengganggu penerbangan,” ujarnya.
Seperti yang diketahui, penerbangan dari dan menuju Bandara H. Hasan Aroeboesman mengalami gangguan pascaterdamparnya KM Ararya bulan Maret 2014 lalu.
Ini berdampak pada pergeseran titik landing hingga mencapai 200 meter dan setiap penerbangan harus dikurangi seat-nya.Terganggunya penerbangan di Bandara H Hasan Aroeboesman, hampir setiap hari selalu terjadi penumpukan penumpang.
No comments:
Post a Comment