WELCOME TO ENDE FLORES KOTA RAHIMNYA PACASILAKOTA RAHIMNYA PACASILA

Thursday, April 30, 2015

Dana Rp 90 M Mengalir ke 159 Desa di Matim

Ruas Jalan Desa

BORONG -- Dana senilai Rp 90.339.284.400 dalam waktu dekat akan mengalir ke Kabupaten Manggarai Timur (Matim). Dana yang bersumber dari APBN dan ADDK 2015 itu untuk menggenjot pembangunan di 159 desa di Matim.

Wakil Bupati Matim, Agas Andreas, menjelaskan hal itu ketika ditemui di ruang kerjanya, Jumat (24/4/2015).

Agas merincikan, dana 90.339.284.400 itu masing-masing bersumber dari APBN Rp 43.897.626.000 dan ADDK Rp 46.441.658.400. Dana tersebut akan dialokasikan ke desa setelah peraturan bupati terkait operasional pengelolaan dana tersebut keluar.

"Peraturan bupati sudah disiapkan. Kalau peraturan itu sudah keluar maka dana itu dicairkan. Tapi sebelumnya para perangkat desa yang mengelola dana itu diberi pendidikan dan pelatihan," kata Agas.

Dikatakannya, pagu anggaran yang dialokasikan ke masing-masing desa berbeda-beda sesuai indikator yang dipakai, seperti jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah dan kesulitan geografis yang ditentukan dengan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK).

Desa yang menerima dana tertinggi, jelas Agas, yakni Desa Lembur, Kecamatan Kota Komba Rp 646.835.635, dengan sumber dana APBN Rp 314.310.092 dan ADDK Rp 332.525.543. Sedangkan pagu terendah Desa Bangka Kuleng, Kecamatan Poco Ranaka Rp 528.256.216, dengan sumber dana APBN Rp 256.821.230 dan ADDK Rp 271.704.985.

"Kalau ada yang bertanya kenapa setiap desa pagu anggaran tidak sama, tentu ada indikatornya berdasarkan kriteria yang ada. Kita harapkan dana ini bisa dikelola dengan baik oleh desa untuk pembangunan desa itu sendiri," kata Agas.

Menurut Agas, yang paling penting agar dana itu harus dimanfaatkan untuk mengembangkan perekonomian desa serta infrastruktur di desa yang lebih baik. Misalnya perbaikan jalan desa sehingga dapat membuka akses ke lahan produksi pertanian, pembuatan irigasi di desa, serta program yang bermanfaat untuk kepentingan masyarakat di desa.

Wednesday, April 29, 2015

BUPATI ENDE RESMIKAN LAYANAN KREDIT BANK NTT

KANTOR BANK NTT CABANG ENDE

Bupati Ende, Marselinus Y.W Petu meresmikan Layanan Kredit Bank NTT yang berlangsung di Halaman Kantor Bank NTT Cabang Ende, Senin (27/4/2015) yang ditandai dengan pemukulan gong. Hadir dalam acara tersebut Wakil Bupati Ende, Djafar Achmad, Dirut Bank NTT, Daniel Tagu Dedo serta para pimpinan, badan dan dinas lingkup Pemkab Ende serta para karyawan Bank NTT Cabang Ende juga anggota koperasi.

Dalam sambutan, Bupati Marsel mengatakan kehadiran Bank NTT di Pulau Flores dan khususnya Kabupaten Ende telah banyak membantu masyarakat dan Pemerintah Kabupaten terutama dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Bupati Marsel menjelaskan bahwa kontribusi nyata Bank NTT ini dapat dilihat dari berbagai layanan yang disediakan yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat dengan mengedepankan manajemen yang makin profesional.

Bupati Marsel meyakini prestasi Bank NTT dengan menyandang predikat terbaik dan sehat untuk Bank Pembangunan Daerah di Indonesia salah satunya karena Bank NTT mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap pengembangan usaha kecil dan menengah di wilayah pelayanannya. “Saya sangat yakin salah satu indikatornya karena Bank NTT ini mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap pengembangan usaha kecil dan menengah di wilayah pelayanannya sehingga Predikat terbaik dan Bank Sehat yang disandang Bank NTT Tahun 2010 lalu tidak terlepas dari partisipasi masyarakat NTT termasuk masyarakat Kabupaten Ende terhadap Bank NTT,”kata Bupati Marsel.

Ia menambahkan kepedulian Bank NTT yang bekerja sama dengan Veco Indonesia serta mitranya dengan menyediakan dan memberikan dukungan layanan kredit modal kerja dan investasi kepada koperasi petani kopi, kakao dan beras merupakan salah satu upaya nyata dan sinergis memberikan kontribusi dalam pengembangan sektor pertanian serta pengembangan kompetensi kewirausahaan para petani kopi, kakao dan beras di Flores demi meningkatkan produktivitas masyarakat petani dan pertumbuhan ekonomi daerah.

Bupati Marsel memberikan apresiasi kepada Bank NTT dan Veco Indonesia serta mitranya atas bentuk dukungannya dalam mengembangkan usaha pertanian. “Atas nama pemerintah daerah dan masyarakat saya memberikan apresiasi khusus dan penghargaan yang tinggi untuk semua bentuk dukungan yang telah diberikan. Kiranya dukungan ini dapat memberikan motivasi bagi para petani kita untuk mulai mengembangkan usaha pertanian mereka secara lebih baik dengan mengembangkan manajemen pertanian yang profesional,”ujar Bupati Marsel.

Sumber (Ria Humas Setda

PEMBANGUNAN PARIWISATA FLORES HARUS SATU KESATUAN

Pembangunan kepariwisataan di Pulau Flores harus dilakukan satu kesatuan dan tidak sendiri-sendiri. Koordinasi antar Kabupaten menjadi penting, sehingga adanya sinergisitas dalam mengembangkan pariwisata Flores.

Wakil Bupati Ende, Djafar Ahmad mengatakan ini saat menjawab pertanyaan Ketua Arsita Ende Celi Taso yang mempertanyakan masih lemahnya koordinasi diantara kabupaten dalam mengembangkan pariwisata di wilayah ini pada kegiatan Sosialisasi Pemasaran Pariwisata di Pintu Masuk Utama dan sekitaranya di Aula Hotel Mentari, Jln. Pahlawan (Rabu, 29/4/15).

Wabup Djafar mengakui sinyalemen masyarakat yang melihat koordinasi antar kabupaten masih lemah memang benar adanya. Kondisi ini tentunya harus mendapat perhatian serius dari pemerintah Kabupaten di Pulau Flores untuk mengembangkan konsep pembangunan kawasan kepariwisataan. “Jadi untuk mengembangkan potensi pariwisata di Pulau Flores ini, kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri, tapi harus bisa saling berkoordinasi antar kabupaten kalau emang ingin pariwista di pulau kita ini maju dan berkembang”tandasnya.

Pemkab Ende sendiri demikian Wabup akan berupaya membangum koordinasi dan komunikasi yang baik dengan kabupaten-kabupaten lainnya dalam mengembangkan kepariwisataan di Pulau Flores pada umumnya dan Kabupaten Ende khususnya.

Ia menuturkan, setiap kabupaten harus mempunyai semangat dan kemauan yang sama untuk mempromosikan potensi-potensi pariwisata yang dimiliki tiap kabupaten. Hal ini dimaksudkan apabila ada kunjungan wisatawan mancanegara pada satu kabupaten, maka harus ada kemauan baik dari kabupaten tersebut untuk juga mempromosikan potensi pariwisata lainnya yang ada di Pulau Flores. Ini dimaksudkan agar dengan mengetahui potensi-potensi pariwisata yang dimiliki kabupaten lain maka wisatawan dapat mengagendakan untuk juga mengunjungi potensi-potensi pariwisata yang ada di kabupaten-kabupaten lainnya di Flores ini.

Ia meyakini, apabila sistem promosi pariwisata seperti yang dikembangkan ini, maka akan mempemudah pembangunan dan pengembangan potensi pariwisata yang ada di pulau Flores. Dan ini tentunya akan membawa dampak ikutan bagi peningkatan ekonomi masyarakat khususnya bagi daerah-daerah yang dikunjungi wisatawan.

(Humas Ende/Helen Mei (eln))

Jeritan Rakyat

Jeritan Rakyat
Oleh Montanus G.Sore

Hukum tumpul keatas, tajam kebawah
Makin tumpul, makin tajam 
Tumpul mencederai tatanan hukum
Dan tajam melukai hati rakyat
Mata ini belum buta menatap tak adil
Telinga ini belum tuli mendengar keluh
Penindasan ramai didendang
Rakyat pun digadaikan
Mau dibawa kemana negeri ini?
Mau dibawa kemana nasib rakyat?
Ketika keadilan hendak ditegakan
Keadilan mulai diperjuangkan
Moral kemanusiaan dipertaruhkan
Nyawa sesamamu jadi imbasnya
Tetanggamu kini kecewa
Tetanggamu kian mencibir
Luka batin kian menganga
Tali persaudaraan jadi renggang
Ini salah siapa?

Surabaya 28 April 2015

Fenomena Alam, Danau Kelimutu di Kabupaten Ende Kembali Berubah Warna

 Danau Kelimutu

ENDE -- Kepala Seksi (Kasie) Wilayah 1 Moni pada Balai Taman Nasional Kelimutu (TNK), Benediktus Rio menjelaskan pihaknya kerap mendapatkan komplain pengunjung saat berkunjung ke Danau Kelimutu.

Pasalnya danau yang dikenal dengan tiga warna toh pada Januari hingga Maret 2015 menjadi satu warna yang dominan yakni warna hijau namun sejak 24 Maret 2015 keberadaan Danau Kelimutu menjadi tiga warna yakni pada danau yang dikenal dengan Danau Tiwu Ata Polo menjadi warna merah hati ayam sedangkan danau Nuamuri Koo Fai menjadi dominan putih sedangkan danau Ata Mbupu menjadi hijau.

Hal ini dikatakan Benediktus menjawab Pos Kupang ketika dikonfirmasi mengenai perubahan warna pada Danau Kelimutu, Rabu (29/4/2015).

Menjawabi komplain pengunjung ujar Benediktus pihaknya menjelaskan bahwa itu semua tergantung alam namun dalam hatinya dia berkelakar ya nanti kami kasih warna agar bisa menjadi tiga warna sesuai dengan keinginan pengunjung.

Benediktus mengatakan secara umum keberadaan Danau Kelimutu kerap berubah-ubah warna serta pada Tahun 2015 sesuai dengan pengamatan pihaknya telah terjadi sebanyak dua kali yakni pada Bulan Januari 2015 dan Bulan Maret 2015.

"Iya danau kerap berubah bahkan terkadang perubahannya sangat mendadak karena bisa saja di pagi hari berwarna lain sore hari sudah berwarna lain bahkan pada suatu saat kami sempat mengamati di Danau Tiwu Ata Polo terdapat dua warna yakni di seluruh area danau dominan warna merah hati ayam sedangkan di tengahnya justru terdapat satu titik warna hijau,"kata Albertus.

Tentang perubahan pada Danau Tiwu Nua Muri Koo Fai, Albertus mengatakan bahwa perubahan tersebut kerap ditandai dengan bunyi gemuruh yang cukup keras.

Hal itu dikarenakan adanya aktivitas vulkanik yang ada dalam danau tersebut.

Aktifitas vulkanik ditandai dengan banyaknya asap yang keluar dari dalam kawah gunung. "Kami selalu berkoordinasi dengan pihak vulkanalogi untuk mengetahui sedini mungkin arti dari peningkatan aktivitas vulkanik yang terjadi di Danau Kelimutu khususnya di Danau Tiwu Nua Muri Koo Fai sehingga dengan demikian bisa diambil langkah-langkah terkait dengan peningkatan aktifitas vulkanik tersebut,"kata Albertus.

"Memang ada peningkatan aktivitas meskipun skalanya masih kecil,"tambahnya.*

Sumber. Pos Kupang

Tuesday, April 28, 2015

LOMBA FOTO PONSEL 2015 BERTEMA "SISI LAIN TAMAN BUNG KARNO ENDE"

LOMBA FOTO PONSEL 2015 Di PERPANJANG Periode Pendafataran 1 Mei s/d 30 Mei 2015
dipersembahkan Oleh Relawan Pecinta Taman Bung Karno Ende.... Jepret, Unggah dan Menangkan Hadiahnya..

Sarat dan Kentuan Lomba
- Membeli PIN Relawan Sebesar Rp.10.000,- Untuk Biaya Pendaftaran
- Foto menggunakan Kamera Handphone
- Khusus untuk pelajar SMA/SMK sederajat seKab. Ende
- Foto Original Pribadi dari peserta dan tidak pernah dipublikasikan
- Hasil Foto dimasukkan Kolom Dinding FB dengan Cara me LIKE FB Relawan Pecinta Taman Bung Karno Ende
- Setiap Postingan Foto di FB harus ada keterangan Nama Lengkap,Alamat Sekolah, merk HP, Judul Foto, Cerita Objek Foto di Taman Renungan Bung Karno Ende
- Editing Foto diperbolehkan sebatas editing (Brigthness/contras,Levels, Hue/Saturation dan Croping tidak diizinkan lebih dari 10%.
- Foto yang diLombakan di Kirim ke alamat
Email : relawanpecinta_tamanbungkarno@yahoo.com
- Periode Pendafataran 1 Mei s/d 30 Mei 2015
- Pengumuman Pemenang Tanggal 1 Juni2015

Juri
- Tuteh Pharmantara (Jurnalis Warga)
- Martozo Han (Komunitas CaFe Ende)
- Wilfrid Wasa (Arsitek Videographer Cupudalang)
- Ian Bala (Wartawan Flores Bangkit)

Hadiah
- Juara 1 Uang Tunai Rp.750.000,-
- Juara 2 Uang Tunai Rp. 500.000,-
- Juara 3 Uang Tunai Rp. 250.000,-

INformasinya
- 085 234 543 731
- 085 239 014 948

Mukhlis A. Mukhtar

Percetakan Arnoldus Ende Merupakan Percatakan Pertama di Flores

 Percetakan Arnoldus Ende

Percetakan Arnoldus punya sejarah panjang. Inilah karya penting Societas Verbi Divini (SVD) atau misionaris Serikat Sabda Allah yang terbukti ikut menyumbang kemajuan masyarakat. Produk cetak yang dihasilkan amat berpengaruh pada jamannya. Tak cuma di daratan Flores namun hingga wilayah bagian Timur Indonesia.

Sebuah pesan kawat tiba di Styel, desa kecil dekat perbatasan Jerman dan Belanda, pada 8 Januari 1926. Sang pengirim Pater Regional Stenzel meminta mesin-mesin cetak yang dia pesan segera dikirim ke Flores. Tak sampai tiga bulan kemudian, sebuah kapal membongkar muatan sebanyak 50 peti. Dua diantaranya ukuran besar, masing-masing seberat 800 Kg dan 500 kg.

“Mesin-mesin tua itu dibeli di Berlin-Jerman atas perintah dari Uskup Ende kedua Mgr. Arnoldus Vestraelen,” demikian bunyi kalimat dalam buku kronik Ambachtschool tentang peristiwa itu.

Digambarkan dalam catatan itu bahwa pengiriman pesanan berharga f 15.000 itu berlangsung lancar hingga masuk ke dalam tangsi tua tanpa mengalami kerusakan yang berarti.

Pater regional, Stenzel sendiri baru memimpin upacara peletakan batu pertama pendirian komplek bangunan Ambachtschool pada 21 Mei 1926. Sehari kemudian, Moroe dan Ignas Suban dari Larantuka datang sebagai pekerja pertama pecetakan itu dibawah pimpinan Br. Viator. Kedua pekerja itu sendiri berasal dari Syanghai. Mereka berangkat pada Juli 1925 dan beberapa waktu lamanya bekerja di Larantuka dan Maumere.

Pada Tahun 1929 datang lagi satu mesin cetak berukuran besar Snelpers yaitu Planeta berasal dari Dresden-Jerman. Nama lengkap mesin itu ialah Planeta-Rapid dan dalam logat teknis menyebutkan Illustrations Buchdruckscnellaufer.

Tahun 1931, datang lagi mesin susun Typograaf berasal dari Berlin dan sebuah mesin jilid berkawat Bremer Leipzig dan satu buah mesin potong kertas Dreischneider dari Krause-Leipzig, semuanya dari Jerman. Tahun 1938 dari Koebau di Wurzburg-Jerman mengirim satu mesin cetak tangan model Boston dan satu Degelpers selain Planeta dan REX III sebuah mesin cetak.

Tahun 1947 datanglah mesin susun Linotype dan tahun 1949 sebuah mesin jahit untuk bagian penjilidan. Tahun 1950 menyusul Snelpers Victoria Front, dalam Tahun 1953 menyusul mesin jenis Heidelbergerdegel, Tahun 1954 mesin jenis Perforasi. Pada Tahun 1958 sebuah mesin Snelpers modern dengan nama President.

Percetakan Arnoldus saat ini menggunakan 6 mesin yakni mesin cetak, mesin jilid dan mesin potong. Sementara dua mesin tua tidak difungsikan lagi.

Hasil Cetakan
Kronik Ambachtschool juga mencatat bahwa pada tanggal 21 Juni 1926 telah dicetak lembar pertama teks doa perambatan injil berjudul Sende Aus dalam bahasa Melayu dan diucapkan dalam Upacara Ekaristi yang untuk pertama kalinya dipimpin oleh Pater Stenzel dalam Kapel Rumah Biara Santo Josef.

Terbitan sederhana itulah awal sumbangsih percetakan pertama di Nusatenggara bernama Arnoldus di sebuah bangunan bekas yang kini sudah tak ada lagi. “Sende Aus” yang berarti utuslah itu dimanfaatkan sebagai nama majalah yang terbit pada 26 Oktober 1926.

Edisi perdananya tampil dengan gambar sampul berjudul “Kristus Ratu Itang” Majalah sederhana untuk ukuran sekarang karena Cuma 16 halaman saja. Pater Frans Mertens dipercaya memimpin penerbitan yang kemudian mencapai tiras 3000 eksemplar dan dijual seharga 2 ½ sen per nomor.

Selain itu sebuah majalah bulanan bernama “Bintang Timur” diterbitkan pada 1928 oleh tim kerja yang dipimpin Pater Fries. Namun Pater Cornelissen pemimpin berikutnya memutuskan untuk berpindah ke percetakan Kanisius di Jogyakarta.

Selain mencetak dan menerbitkan publikasi masalah keagamaan, penerbitan lain menyangkut masalah sosial masyarakat seperti masalah pertanian, pendidikan, keluarga dan sejarah.

Hasil cetakan penting lain yang membuat percetakan ini makin popular adalah almanak St. Mikael yang terjual hingga lebih dari 4000 eksemplar. Lebih hebat lagi, buku nyanyian gereja Jubilate yang mengalami cetak ulang lebih dari 10 kali dan terus diperbaharui gaya Bahasa dan ragam lagu mengikuti perubahan jaman.

Penerbitan lain berupa buku-buku ilmu pengetahuan terutama hasil karya ilmiah di bidang bahasa, penelitian mengenai agama dan kebudayaan. Misalnya kamus bahasa Lio, Gramatik bahasa Sikka dan bahasa Solor, juga buku-buku pelajaran agama dalam Bahasa Melayu dan Bahasa-bahasa lokal. Tentu jumlah cetakan jenis ini lebih sedikit.

Sebelumnya, pada Januari 1927, sebuah lembaran berita yang mula-mula bernama “Vergissmeinnicht” untuk lingkungan biarawan SVD, kemudian berganti nama menjadi “Endepost” dan terakhir menjadi Berita Regio Ende.

Setelah kemerdekaan, pada tahun 1946 terbitlah majalah dua mingguan “Bentara” dengan redakturnya Pater Conterius, kemudian Pater M. Malar dan terakhir Frans Tan. Majalah dua mingguan ini bertahan hingga tahun ke-13 dan mencapai 35.000 eksemplar. Peredarannya cukup luas hingga jauh ke pulau-pulau lain di Indonesia sampai saat berhentinya dalam tahun 1961.

Sepeninggal Bentara di usianya yang ke 15, muncul lagi majalah “Dian” dan “Kunang-Kunang.” Majalah dua mingguan “Dian” untuk kalangan umum dan beroplaag 6.500 dan “Kunang-Kunang” untuk anak-anak dan beroplaag 12.000 pimpinan redaksi dua majalah ini adalah Ben Oleona dan Sr. Emmanuel OSU.

Sejak mula percetakan Arnoldus bertindak juga sebagai penerbit buku-buku dan majala-majalah. Semuanya masih dalam rangkah perkembangan. Sampai tiba waktunya percetakan Arnoldus mempunyai sebuah cabang sendiri sebagai penerbit dengan nama “Nusa Indah” dan juga menjual buku melalui toko buku Nusa Indah.

Dengan cara demikian suatu rencana yang lebih teratur untuk percetakan dapat disusun oleh Penerbit Nusa Indah dan hsil percetakan dapat disalurkan ke pasar buku seluruh Indonesia.

Saat ini percetakan Arnoldus merupakan salah satu unit perusahan PT Arnoldus Nusa Indah (PT ANI) yang masih terus beroperasi dan bersaing dalam percetakan untuk wilayah Flores dan sekitarnya.

Jujur dan Taat
“Belajar mencetak memang cukup sulit. Yang sulitnya adalah sistem percetakan dan saya belajar bertahun-tahun. Saya mulai cetak pertama buku menulis. Cetak hanya garis-garis horizontal saja tetapi sulit sekali karena harus diatur tebal dan tipisnya,”ujar Kosmas Wadhi, salah seorang mantan karyawan yang mulai bekerja pada tahun 1965.
Kosmas Wadhi mulai bekerja dengan gaji Rp 30 sebulan tahun 1965. Foto Ian Bala

Kosmas Wadhi mulai bekerja dengan gaji Rp 30 sebulan tahun 1965. Foto Ian Bala

Saat memulai pekerjaannya, Kosmas mendapat arahan dari dua Bruder asal Flores yaitu Bruder Benjamin Ade yang berasal dari Sikka dan Bruder Vinsen Bao yang berasal dari Ndora-Nagekeo. Keduanya saat itu baru selesai mengikuti pelatihan percetakan di Jerman. Direktur Percetakan Pater Neuhaus memang menghendaki Kosman menjalankan tugas itu.

Dengan honor awal sebesar Rp 30 sebulan, Kosmos memulai karirnya dengan kepatuhan dan kejujuran sebagai aturan utama yang harus ditaati sesuai Misi SVD. Setiap tahun ada perubahan honorer dan pada akhir ia pensiun Tahun 2003, ia menerima Rp 800.000 gaji pokoknya.

“Waktu itu, honor sebesar itu sudah lumayan untuk kebutuhan hidup. Tapi sebenarnya bukan honor yang kita tuntut tetapi pengabdian terhadap misi itu yang kami jalankan. Syukur kami sudah mengenal mesin dan bisa mencetak buku-buku, ”ujar dia. pria tamatan sebuah Sekolah Menengah Pertama ini.

Apa yang dia jalani selama empat dekade hidupnya itu membuat pria tamatan sebuah SMP ini merasa bangga. Pengabdiannya bersama Misi SVD berpengaruh besar terhadap perkembangan masyarakat Flores umumnya, bahkan hingga ke wilayah lain.

Yohanes Ben Ngouth, 84 tahun, warga Jalan Irian Jaya-Ende, sepakat dengan penuturan itu. Kakek yang biasa dipanggil Yan Ngouth itu bekerja dalam kurun waktu 1947 hingga pensiun pada tahun 1984. Dia bertanggungjawab mengoperasikan sebuah mesin cetak Boston dan mesin jenis REX III.
Yohanes Ben Ngouth bangga pengabdian panjangnya memberi arti. Foto Ian Bala

Yohanes Ben Ngouth bangga pengabdian panjangnya memberi arti. Foto Ian Bala

“Dulu kami cetak dengan menggunakan mesin offset. Memang sulit karena kita harus susun huruf dahulu sesuai abjadnya dan ditempel di plat.”kata mengenang tugas-tugasnya di bawah supervisi Bruder Benjamin dan Bruder Vinsen.

Delapan orang karyawan percetakan ini bekerja dengan disiplin tinggi dan kejujuran. Mesin-mesin baru selalu datang menggantikan yang tua dan rusak. Setiap mesin baru datang, mereka mesti belajar kembali karena karakternya selalu berbeda. .

”Sudah banyak rohaniwan asing dan lokal yang menerbitkan buku-buku. Saya cukup bangga dengan kehadiran percetakan ini karena sangat membawa hal yang positif,”tambah dia.

Penulis : Ian Bala
Editor: Donny Iswandono
www.floresbangkit.com

Monday, April 27, 2015

KAKANWIL Pantau Pembangunan Gedung SMAK St.Thomas Morus Ende

Ende (Inmas) – Dalam rangkaian safari monitoring UN di Kabupaten Ende tepatnya di SMAK St.Thomas Morus dan MAN Ende, Kepala Kanwil Kemenag Propinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus di dampingi Kepala Kantor Kementerian Agama Ende, Yosef Nganggo, S.Ag menyempatkan diri memantu pembangunan gedung lantai 3 SMAK St.Thomas Morus Ende yang terletak di jalan Flores, (Rabu,15/04/2015).

“Sungguh Ende menjadi inspirasi dan motivasi di era baru perkembangan kemajuan pendidikan bidang keagamaan di wilayah NTT ini, setidaknya semangat dan kekompakan kerja tim/panitia penyelenggara pendirian Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) St.Thomas Morus Ende ini, patut di apresiasi dan perlu ditiru oleh teman-teman di Kabupaten lain,” ungkap orang nomor satu di lingkup Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT.

Ungkapan KaKanwil tersebut, didasari penjelasan Kepala Kantor Kementerian Agama Ende, Yosef Nganggo, S.Ag selaku ketua tim penginisiatif tentang master plan menyeluruh atas desain bangunan di atas lahan seluas ± 4.800 meter persegi yang dapat mengakomodir seluruh kebutuhan proses pendidikan di sekolah tersebut .

“Ini model pendidikan seminari awam yang diharapkan dapat menjawabi kebutuhan dan tantangan Gereja masa depan; ya ini semacam madrasahnya orang Katolik,“ ungkap guru Jose, sapaan akrab KaKan Kemenag Ende ini menimpali apresiasi KaKanWil.

Dik. Gedung SMAK St. Thomas Morus Direncanakan Akan Dibangun 3 lantai seperti dari Gambar Lay Out diatas. Antara lain dapat dideskripsikan sebagai berikut: Bagian Depan sudah pasti menjadi tempat parkir dengan jalan masuk bagian kanan dan jalan keluar bagian kiri.

Gedung Sekretariat dan Ruang Guru didesain di Lantai I sedangkan Lantai dua direncanakan akan digunakan untuk Ruangan Perpustakaan, Ruangan Laboratorium IPA, Bahasa, Komputer dan lain-lain.

Sedangkan Ruang Kelas Tiga Lantai diposisikan dibagian Utara menghadap ke Laut Sawu dimana Satu Lantai terdiri dari 6 ruang kelas sehingga total ruang kelas direncanakan 18 ruang Kelas.

Ruangan Aula diletakan di sisi Selatan menghadap ke utara didesain lantai 2. Kapela diletakkan di bagian belakang sisi Timur dari lokasi tanah. Tanah kosong bagian tengah lokasi digunakan untuk lapangan Voley dan Basket.__________________

Penulis : Niko Nama Payon,S.Ag.

Editor  : Joe Frigerio Wassa, S.Sos.

SMAK St.Thomas Morus Tonggak Sejarah Era Baru Kabangkitan Pertumbuhan Gereja

Ende (Inmas) – Model Pendidikan Sekolah Menengah Agama Katolik ( SMAK ) St.Thomas Morus Ende adalah sebuah terobosan baru tonggak sejarah era kebangkitan Gereja.

Demikian pernyataan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus saat memberikan arahan peneguhan kepada 54 siswai/i peserta UN angkatan perdana SMAK St.Thomas Morus Ende ketika memonitoring UN pada sekolah tersebut, di Lantai 2 gedung monitoring Pendidikan Kantor Kemenag Ende, Jalan Khatedral (Rabu,15/04/2015).

“Kalian adalah pemberi inspirasi bagi Gereja Katolik tentang cita-cita luhur membangun figur Gereja di masa moderen ini,” tegasnya.

Lebih lanjut, mantan Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Ende ini menginspirasi peserta UN angkatan perdana dengan analogi seorang petani yang dengan susah payah menanam pohon, merawatnya dan pada akhirnya dengan suka cita menikmati hasil/buah dari usaha kerja keras tersebut. Demikian juga para siswa-siswi perserta UN angkatan perdana ini; harus memaknai proses pendidikan di Lembaga Pendidikan SMAK St.Thomas Morus Ende sebagai sebuah investasi untuk menggapai cita-cita masa depan yang gemilang dengan menampilkan citra diri dengan nilai plus yang tidak dimiliki oleh output dari pendidikan menengah atas pada umumnya.

“Saya ucapkan profisiat, titipan doa dan harapan kepada kalian semua untuk meneruskan perjalanan SMAK ini ke depan; karena kalian adalah iklan yang hidup bagi masyarakat,” ucap mantan Kepala Kantor Kementerian Agama Sumba tengah ini mengakhiri sapaannya.

Hadir pada kesempatan tersebut; Kasubdit Pendidikan Menengah Ditjen Bimas Katolik; Yustina Srini,SFK,MM, Kasi Pembinanaan Penyuluh, Maria Reinilda Tewu,S.Ag, Kabid. Pendidikan Katolik, Drs.Dominikus Djata,M.Si, Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Ende, Yosef Nganggo,S.Ag, dan Kepala SMAK St.Thomas Morus, Arnoldus Mbanggo, S.Ag, serta Kepala Seksi Pendidikan Katolik, Drs.Fransiskus Naga.

Penulis : Niko Nama Payon, S.Ag.
Editor  : Joe Frigerio Wassa, S.Sos.

SEJARAH PEMBENTUKAN KABUPATEN FLORES TIMUR

 Pelabuhan Larantuka, salah satu kota di Flores

Kabupaten Flores Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor : 69 tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tk II dalam wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, NTB dan NTT. Undang-Undang tersebut ditetapkan tanggal 20 Desember 1958 sehingga setiap tanggal
20 Desember diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Kabupaten Flores Timur.

Pada awal pembentukan Kabupaten Flores Timur terdiri dari 8 Kecamatan yaitu :

    Kecamatan Lomblen Timur Ibukota : Hadakewa
    Kecamatan Lomblen Barat Ibukota : Boto
    Kecamatan Solor Ibukota : Pamakayo
    Kecamatan Adonara Timur Ibukota : Waiwerang
    Kecamatan Adonara Barat Ibukota : Waiwadan
    Kecamatan Larantuka Ibukota : Larantuka
    Kecamatan Wulanggitang Ibukota : Boru
    Kecamatan Tanjung Bunga Ibukota : Waiklibang

Pada tahun 1964, terjadi pemekaran Kecamatan di Lomblen (Lembata) dan Solor yaitu :
Kecamatan Lomblen Timur dimekarkan menjadi 4 kecamatan yaitu :

    Kecamatan Omesuri Ibukota : Balauring
    Kecamatan Buyasuri Ibukota : Wairiang
    Kecamatan Ile Ape Ibukota : Waipukan
    Kecamatan Lebatukan Ibukota : Hadakewa

Kecamatan Lomblen Barat dimekarkan menjadi 2 Kecamatan yaitu :

    Kecamatan Atadei Ibukota : Waiteba
    Kecamatan Nagawutung Ibukota : Boto

Kecamatan Solor dimekarkan menjadi 2 Kecamatan yaitu :

    Kecamatan Solor Timur Ibukota : Menanga
    Kecamatan Solor Barat Ibukota : Ritaebang

Dengan pemekaran tersebut maka jumlah kecamatan di Kabupaten Flores Timur menjadi 13 Kecamatan yaitu :

    Kecamatan Wulanggitang Ibukota : Boru
    Kecamatan Larantuka Ibukota : Larantuka
    Kecamatan Tanjung Bunga Ibukota : Waiklibang
    Kecamatan Adonara Timur Ibukota : Waiwerang
    Kecamatan Adonara Barat Ibukota : Waiwadan
    Kecamatan Solor Timur Ibukota : Menanga
    Kecamatan Solor Barat Ibukota : Ritaebang
    Kecamatan Nagawutung Ibukota : Boto
    Kecamatan Atadei Ibukota : Waiteba
    Kecamatan Lebatukan Ibukota : Hadakewa
    Kecamatan Ile Ape Ibukota : Waipukan
    Kecamatan Omesuri Ibukota : Balauring
    Kecamatan Buyasuri Ibukota : Wairiang

Pada tahun 1999, ditetapkan UU no 52 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Lembata dan diresmikan oleh Gubernur NTT pada tahun 1999, maka Kabupaten Flores Timur terdiri hanya terdiri dari pulau Solor, Adonara dan Flores Timur Daratan dan Kecamatan terdiri dari

    Kecamatan Wulanggitang Ibukota : Boru
    Kecamatan Larantuka Ibukota : Larantuka
    Kecamatan Tanjung Bunga Ibukota : Waiklibang
    Kecamatan Adonara Timur Ibukota : Waiwerang
    Kecamatan Adonara Barat Ibukota : Waiwadan
    Kecamatan Solor Timur Ibukota : Menanga
    Kecamatan Solor Barat Ibukota : Ritaebang

Pada tahun 2001, dengan Peraturan Daerah Kabupaten Flores Timur No.7 tahun 2001 tentang Peningkatan Status kecamatan pembantu menjadi kecamatan definitif maka jumlah kecamatan di Kabupaten Flores Timur menjadi 13 Kecamatan terdiri dari :

    Kecamatan Wulanggitang Ibukota : Boru
    Kecamatan Larantuka Ibukota : Larantuka
    Kecamatan Tanjung Bunga Ibukota : Waiklibang
    Kecamatan Adonara Timur Ibukota : Waiwerang
    Kecamatan Adonara Barat Ibukota : Waiwadan
    Kecamatan Solor Timur Ibukota : Menanga
    Kecamatan Solor Barat Ibukota : Ritaebang
    Kecamatan Titehena Ibukota : Lato
    Kecamatan Ile Mandiri Ibukota : Lewohala
    Kecamatan Wotan ulumado Ibukota : Baniona
    Kecamatan Ile Boleng Ibukota : Senadan
    Kecamatan Witihama Ibukota : Witihama
    Kecamatan Kelobagolit Ibukota : Pepakelu

Dengan Peraturan Daerah Kabupaten Flores Timur No.2 tahun 2006 tentang Pembentukan Kecamatan Baru maka jumlah kecamatan di Kabupaten Flores Timur menjadi 18 Kecamatan terdiri dari :

    Kecamatan Wulanggitang Ibukota : Boru
    Kecamatan Ile  Bura Ibukota : Lewotobi
    Kecamatan Titehena Ibukota : Lato
    Kecamatan Demon Pagong Ibukota : Lewokluok
    Kecamatan Larantuka  Ibukota : Larantuka
    Kecamatan Ile Mandiri Ibukota : Lewohala
    Kecamatan Lewolema Ibukota : Kawaliwu
    Kecamatan Tanjung Bunga Ibukota : Waiklibang
    Kecamatan Solor Barat Ibukota : Ritaebang
    Kecamatan Solor Timur Ibukota : Menanga
    Kecamatan Wotan Ulumado Ibukota : Baniona
    Kecamatan Adonara Barat Ibukota : Waiwadan
    Kecamatan Adonara Tengah Ibukota : Lewobele
    Kecamatan Adonara Timur Ibukota : Waiwerang
    Kecamatan Ile Boleng Ibukota : Senadan
    Kecamatan Witihama Ibukota : Witihama
    Kecamatan Kelubagolit Ibukota : Pepakelu
    Kecamatan Adonara Ibukota : Sagu

 Sekarang Kabupaten Flores Timur mempunyai 18 Kecamatan.
                                                                                                                                    
sumber: www.florestimurkab.go.id/

Guru Honorer K2 di Flotim Kantongi NIP Mei Ini

LARANTUKA -Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olaraga, Kabupaten Flores Timur, Bernadus Beda Keda, Sabtu (25/4/2015), mengatakan Mei 2015 SK dan NIP Honorer K2 diterbitkan.

"Memang ada beberapa kabupaten yang SK dan NIP honorer K2-nya telah terbit. Tapi, untuk Flotim agak lambat karena saat pemasukan berkas ada beberapa tenaga honorer yang lambat. Lambatnya ini karena kesalahan administrasi yang mesti di perbaiki di daerah. Karena itu, prosesnya di BKN juga lambat,"kata Beda Keda.

Dia meminta para guru honorer K2 agar dapat bersabar karena proses penerbitan SK dan NIP dan terpusat di BKN. "NIP CPNS honorer kategori II bukan hanya kemendikbud tapi juga dari kemenkes, kemenag, kemenkumham, kemenkeu, kemendag, kemenhub, nip honorer kemensos, kemenhut dan instansi lembaga negara lainnya sehingga membutuhkan waktu. Memang ada yang sudah keluar, namun ada yang masih dalam proses penerbitan penetapan Nomor Induk Pegawai CPNS tenaga honorer K1 dan K2,"kata Beda Keda .

Diakui Beda Keda, jika SK dan NIP para guru sudah terbit maka akan segera diumumkan dan meminta kepada para guru honorer K2 yang sudah menjadi CPNSD untuk langsung mengambilnya di Kantor Dinas PPO Flotim.

"Kalau SK dan NIP sudah terbit dan sudah diserahkan ke Dinas PPO Kabupaten Flotim maka kami akan segera membagikan. Harap bersabar,"imbuhnya.

Sementara sejumlah guru honorer K2 berharap agar pemerintah menerbitkan SK dan NIP agar dapat mengkonsetrasikan para guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.

"Kita khawatir dengan pemerintah, jangan-jangan proses yang kemarin telah kita lalui dibatalkan. Bisa saja terjadi, karena dalam pemerintahan ini bidan PTT, tenaga PNPM yang juga sama dengan kami bekerja untuk negara, tiba-tiba diputuskan tanpa ada pemberitahuan. Kami khawatir jangan sampai ini terjadi pada kami. Karena itu, kami berharap pemerintah terbitkan SK dan NIP untuk kami,"harap sejumlah guru yang enggan menyebutkan nama kepada wartawan, Sabtu (25/4/2015).

Salah seorang guru honorer K2 tingkat SMA mengatakan, sudah bingung dengan sikap pemerintah yang belum menerbitkan SK.

"Sudah lama SK belum terbit. Kami bingung, kami berharap pemerintah segera memberikan kepastian dengan menerbitkan SK dan NIP. Karena sudah lama kami kerja dan kami rindu menjadi PNS,"akuinya.

Sumber Pos Kupang.

Sunday, April 26, 2015

Awal Berdirinya Kota Bajawa

Tidak mudah menentukan tanggal, bulan dan tahun lahirnya Kota Bajawa, karena sulit mendapatkan rujukan tertulis. Walaupun demikian, penuturan Bapak H. Nainawa dan beberapa sumber lain dapat sedikit menyingkap kisah awal Kota Bajawa.

Kota Bajawa dirintis oleh penjajah Belanda. Pada tahun 1907 di bawah pimpinan Kapiten Christoffel, setelah menguasai Larantuka dan Sikka, Belanda mengadakan aksi militer untuk menguasai wilayah Ende, Ngada dan Manggarai. Pada 10 Agustus 1907, pasukan Christoffel tiba di Ende dan hanya dalam waktu sekitar 2 minggu berhasil mengalahkan Rapo Oja dari Woloare dan Marilonga dari Watunggere serta menguasai wilayah Ende. Pada 27 Agustus 1907, pasukan Christoffel mulai melakukan agresi militer ke wilayah Ngada. Sesudah pertempuran di Rowa, Sara, Mangulewa dan Rakalaba, pada 12 September 1907 Bajawa menyerah. Di Bajawa pasukan Belanda menempati lokasi di pinggir kali Waewoki (sekitar rumah potong hewan sekarang) karena dekat mata air Waemude sebagai sumber air minum. Dalam waktu 3 bulan pasukan Christoffel berhasil menguasai seluruh wilayah Ngada dan selanjutnya pada 10 Desember 1907 seluruh wilayah Manggarai dikuasainya. Setelah pemberontakan Marilonga dapat dipadamkan pada tahun 1909 maka pada tahun 1910 seluruh wilayah Flores takluk kepada pemerintah Kolonial Belanda.

Belanda mulai mengatur pemerintahan yang pada mulanya bersifat militer di bawah pejabat militer yang disebut “ Gezaghebber ”, kemudian bersifat sipil di bawah pejabat sipil yang disebut “ Controleur ”. Kapiten Spruijt yang menggantikan Christoffel diangkat sebagai Gezaghebber Ende, van Suchtelen menjadi Gezaghebber Lio, dan Couvreur menjadi Gezaghebber mulai dari wilayah Nangapanda, Ngada, sampai Manggarai.

Agar kegiatan pemerintahan penjajah lebih tertib, keamanan lebih terkontrol dan pemungutan pajak serta kerja rodi yang sebelumnya tidak dikenal oleh masyarakat Ngada, dapat terlaksana dengan baik, Belanda membentuk suatu sistem pemerintahan baru yang sangat berbeda dengan sistem tradisional. Sebelumnya, masyarakat Ngada hidup berkelompok dalam “ ulu eko ”, “ nua ” dan “ woe ” yang bersifat otonom dan tidak ada struktur yang lebih tinggi di atasnya. Demi efektivitas penjajahan, dibentuklah struktur baru di atasnya yaitu “ Zelfbesturende Landschap ” atau “Landschap Bestuur” yang dipimpin oleh seorang “ Zelfbestuurder ” atau raja yang diangkat oleh Belanda dari antara pemuka masyarakat setempat yang paling berpengaruh.

Pada tahun 1912, di seluruh Flores terdapat 27 Landschap Bestuur dan di wilayah Ngada terdapat 6 Landschap Bestuur yaitu Landschap Bestuur Ngada di bawah Djawatay, Nage di bawah Roga Ngole, Keo di bawah Moewa Tunga, Riung di bawah Petor Sila alias Poewa Mimak, Tadho di bawah Nagoti, dan Toring di bawah Djogo.

Pada 1 April 1915, menurut Indisch Staatsblad Nomor 743, Afdeling Flores dibentuk dipimpin seorang Asistant Residen berkedudukan di Ende, membawahi 7 Onder Afdeling, termasuk Onder Afdeling Ngada. Onder Afdeling Ngada dengan ibukotanya Bajawa terdiri dari 4 Landschap Bestuur yaitu Ngada dipimpin Djawatay, Nage dipimpin Roga Ngole, Keo dipimpin Moewa Tunga dan Riung dipimpin Petor Sila. Sedangkan Tadho dan Toring yang sebelumnya berdiri sendiri, bergabung dengan Riung. Karena pada tahun 1916-1917 terjadi perang Watuapi dipimpin Nipado, maka pengangkatan menjadi Bestuurder ( raja ) melalui penandatanganan Korte Verklaring ( perjanjian pendek ) sebagai pernyataan takluk kepada kerajaan Belanda baru dapat dilakukan pada 28 November 1917. Sebelum penandatanganan Korte Verklaring tersebut, Bestuurder (raja) diangkat dengan Keputusan Pemerintah ( Government Besluit ).

Pada tahun 1931/1932 struktur pemerintahan penjajahan Belanda di wilayah Ngada adalah Onder Afdeling Ngada berpusat di Bajawa dipimpin oleh Controleur (seorang Belanda), mencakupi 3 Landschap Bestuur yaitu Ngada dengan ibukota Bajawa, Nagekeo di Boawae dan Riung di Riung. Landschap Bestuur Keo dan sebagian komunitas masyarakat adat Toto bergabung dengan Nage, menjadi Landschap Bestuur Nagekeo berpusat di Boawae.

Pada tahun 1938 struktur pemerintahan penjajahan Belanda di Flores dan di wilayah Ngada mengalami penyempurnaan disesuaikan dengan Inlandsche Gemmente Ordonantie Buitengewesten ( IGOB ) yang dimuat dalam Ind. Stb. 1938 Nomor 490 jo Ind. Stb. 1938 Nomor 681. Struktur baru tersebut adalah Onder Afdeling Ngada dipimpin oleh Controleur ( orang Belanda ) mencakup 3 Landschap Bestuur yaitu Ngada, Nagekeo dan Riung masing-masing dipimpin raja. Di bawah Landschap Bestuur adalah Gemmente / Haminte dipimpin oleh Kepala Haminte / Kepala Mere atau Gemmente Hoofd yang membawahi kampung-kampung yang dipimpin oleh kepala kampung.

Sebenarnya pada mulanya Belanda memilih Aimere sebagai ibukota Onder Afdelling Ngada karena mudah dijangkau melalui laut, sedangkan Bajawa dengan udaranya yang sejuk dan ketinggian 1.100 meter dari permukaan laut disiapkan dan memang sangat cocok untuk tempat peristirahatan. Di Bajawa dibangun 3 buah pesanggrahan ( penginapan ) yaitu pada bekas Kantor Kecamatan Ngadabawa, Mapolres Ngada dan Kantor Banwas Ngada sekarang. Tanah tempat bangunan pesanggrahan tersebut ditunjuk oleh Djawatay yang ketika itu diangkat menjadi Bestuurder Landschap Ngada. Bajawa kemudian ditetapkan sebagai ibukota Onder Afdeling Ngada mungkin dengan pertimbangan bahwa Bajawa lebih di tengah untuk bisa menjangkau wilayah Riung dan Nagekeo, sedangkan Aimere terlalu di pinggir barat. Ketika terbentuk Onder Afdeling Ngada pada 1 April 1915 dan Bajawa ditetapkan sebagai ibukotanya, maka pesanggrahan pada bekas Kantor Kecamatan Ngadabawa dijadikan kantor, pada Mapolres Ngada sekarang menjadi tempat tinggal Gezaaghebber / Controleur dan pada Kantor Banwas sekarang tetap menjadi pesanggrahan. Kantor Controleur kemudian dibangun dari kayu pada sisi timur pesanggrahan ( pada lokasi Kantor Dinas Pendapatan sekarang ). Sangat disesalkan bangunan bersejarah tersebut, yang kemudian juga digunakan sebagai gedung DPRD Kabupaten Ngada telah diruntuhkan dan kini berganti dengan bangunan Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Ngada. Sedangkan Kantor Bestuurder ( raja ) dibangun di Kampung Bajawa.

Ketika Belanda mulai menjajah wilayah Ngada secara fisik, mereka menemukan kehidupan masyarakat masih sangat sederhana bahkan primitif serta sering bergolak karena terjadinya pertikaian antara suku. Untuk itu, Belanda berupaya mendirikan sekolah rakyat, selain untuk menjalankan “ politik etis “ pemerintah Belanda, juga agar masyarakat dapat baca-tulis, tidak primitif, dan juga memperhalus budi dan perilaku sehingga mengurangi pertikaian antar suku serta mengurangi pola pikir yang tidak rasional ( takhiul atau percaya sia-sia ).

Pada tahun 1908 Gezaaghebber Couvreur menyurati Misionaris Jesuit di Larantuka untuk mengirimkan guru ke Flores bagian barat, termasuk ke Bajawa, namun belum dikabulkan. Pada tahun 1911 Gezaaghebber Koremans dan Controleur Hens menyurati lagi Misionaris Jesuit di Larantuka dengan maksud yang sama. Pada tahun 1912 Misionaris Jesuit di Larantuka melalui Panitia Persekolahan Flores ( School Vereniging Flores ) yang baru dibentuk, mengirimkan seorang guru bernama Johanes Patipeilohy dan pada tahun yang sama membuka sekolah rakyat yang pertama untuk Onder Afdeling Ngada dengan nama Sekolah Rakyat Katolik Bajawa. Sekolah pertama ini menggunakan gedung yang sekarang ini menjadi Kantor PWRI di Jalan Gajah Mada. Pada tahun 1915 datang lagi dari Larantuka seorang guru bernama Markus Fernandez.

Kedua guru tersebut sekaligus menjadi Misionaris Awam Katolik pertama untuk Bajawa. Tercatat pada 19 Oktober 1915, Mgr. Petrus Noyen, SVD, dalam kunjungan pertamanya ke Bajawa, mempermandikan 28 orang anak sekolah menjadi orang Katolik pertama di Bajawa hasil didikan kedua guru tersebut. Mgr. Petrus Noyen, SVD menginap di pesanggrahan / tempat kediaman Controleur. Pada 28 April 1920, Mgr. Petrus Noyen, SVD bersama Pater J. de Lange, SVD dan Pater J. Ettel, SVD kembali mengunjungi Bajawa melalui Aimere dengan kapal KPM. Pada hari Minggu 9 Mei 1920 sebelum Pentekosta ada perayaan Komuni Pertama dan Krisma yang didahului dengan permandian 30 anak. Pater Ettel mencatat peristiwa itu sebagai berikut : “ Dari dekat dan jauh semua anak sekolah berdatangan bersama guru-guru mereka. Bajawa penuh dengan kuda. Upacara berlangsung dengan gemilang, belum pernah orang menyaksikan peristiwa semacam itu. Putera sulung Hamilton ( Gezaaghebber Onder Afdeling Ngada ) termasuk anak-anak yang menerima Komuni Pertama, ayah dan puteranya sama-sama menerima Sakramen Penguatan (Krisma), suatu hal yang memberi kesan yang sangat mendalam. Di halaman Gezaaghebber diselenggarakan suatu perjamuan pesta. Juga semua kepala desa / kampung diundang.”

Karena perkembangan umat Katolik sangat pesat, maka pada 11 Oktober 1921 berdirilah Paroki Mater Boni Consilii Bajawa, dengan Pastor Paroki pertama Pater Gerardus Schorlemer, SVD. Paroki yang baru ini belum memiliki gedung gereja, sehingga peribadatan dilakukan di gedung SRK Bajawa. Pada tahun 1922 sebuah gereja kecil di bangun pada lokasi gedung Patronat MBC yang lama. Pada 19 Juni 1928 Paroki MBC Bajawa menerima surat resmi dari kantor Van Inland Zelfbestuur yang ditandatangani oleh Raja Peamole yang menyerahkan sebidang tanah untuk membangun gedung gereja, pastoran dan kebutuhan lain bagi umat Katolik Paroki MBC Bajawa. Selanjutnya pada Oktober 1928, dimulailah pembangunan gedung gereja oleh seluruh umat dipimpin oleh Bruder Fransiskus, SVD. Bangunan gereja bergaya Gotik tersebut rampung dan diresmikan dalam upacara pemberkatan meriah oleh Mgr. Arnold Vestraelen, SVD pada 30 Mei 1930. Sedangkan pastoran MBC baru mulai dibangun pada 14 April 1937 dipimpin oleh Bruder Coleman, SVD.

Ketika itu masih sering terjadi pembunuhan akibat pertikaian antar suku. Karenanya, untuk menampung para hukuman, pemerintah membangun rumah tahanan atau penjara atau karpus yang dalam bahasa setempat menyebutnya “bui” atau “baru dheke”. Pada mulanya rumah tahanan dibangun darurat berdinding seng pada lokasi yang kemudian dibangun pasar (sekarang menjadi kantor Dinas Nakertrans). Sekitar tahun 1918 rumah tahanan berpindah lokasi ke depan tangsi Polisi dan dibangun permanen. Gedung tersebut sampai sekarang masih terjaga.

Untuk menjaga keamanan wilayah, di Bajawa ditempatkan sejumlah tentara. Untuk itu, dibangun tangsi tentara Belanda yang selanjutnya sekitar tahun 1939 beralih menjadi tangsi Polisi sampai sekarang. Sedangkan Mapolres yang ada sekarang adalah bekas pesanggrahan yang kemudian menjadi tempat kediaman Gezaaghebber.

Sebuah rumah sakit dibangun dalam bentuk bangunan kayu. Bangunan ini kemudian pernah menjadi Kantor Departemen Penerangan Kabupaten Ngada dan sekarang telah diruntuhkan dan dibangun rumah dinas. Lokasi rumah sakit kemudian berpindah ke arah timur pada tempat Kantor Bappeda Ngada di Jalan Gajah Mada sekarang.

Kawasan perdagangan terletak pada sisi barat kota. Pada bekas bangunan darurat rumah tahanan dibangun pasar Bajawa, yang ketika pasar berpindah ke lokasi yang baru sekarang, bangunan pasar lama tersebut setelah direnovasi, digunakan berturut-turut sebagai kantor Dinas P dan K, Dinas PU, Kantor Departemen P dan K dan terakhir ditempati oleh Dinas Nakertrans. Kompleks pertokoan berada pada sepanjang Jalan Peamole sekarang.

Untuk kebutuhan pegawai, pemerintah Belanda membangun sejumlah rumah pegawai yang sekarang berada di Jalan Imam Bonjol, Jalan Gajah Mada, dan jalan di belakang Kantor Dinas Perkebunan menuju ke arah pasar Bajawa sekarang. Sedangkan rumah tinggal Controleur yang dibangun sekitar tahun 1928-1930, hampir bersamaan waktunya dengan pembangunan gedung Gereja Paroki MBC Bajawa, kini menjadi rumah jabatan Bupati Ngada.

Untuk memenuhi kebutuhan air minum, diambil air dari sumber mata air Waereke dan dibangun pula bak penampungan yang kini masih berdiri di depan TKK Bhayangkari Bajawa.

Untuk memenuhi kebutuhan akan pekuburan, sekitar tahun 1930, dibuka pekuburan Katolik pada lokasinya sekarang ini.

Perkembangan kota Bajawa yang bergerak ke arah utara dan timur, mengakibatkan “ Nua Limazua ” yang sebelumnya menjadi pusat pemukiman berada di pinggir kota. Di samping itu, sering terjadinya kebakaran yang menghanguskan hampir semua rumah adat, terutama di kampung Bhajawa, Bokua dan Boseka, menyebabkan mereka mulai berpindah ke lokasi yang baru mengikuti arah perkembangan kota Bajawa. Sekitar tahun 30-an kampung Bokua dan Boseka berpindah ke arah timur pada lokasi sekitar Kantor Kelurahan Tanalodu sekarang dan sesudahnya berpindah lagi ke arah selatan kaki bukit Pipipodo, pada lokasi kampung Bokua dan Boseka sekarang. Kampung Bongiso berpindah ke arah utara bergabung dengan Wakomenge yang turun dari puncak bukit Wolowakomenge ke tempatnya sekarang. Kampung Pigasina berpindah ke arah timur berdampingan dengan kampung Boripo sekarang. Sedangkan sebagian dari warga kampung Bajawa berpindah ke arah timur membentuk kampung Bajawa B, berlokasi di sekitar Kantor Kelurahan Tanalodu sekarang dan kampung Bajawa C, berlokasi di kawasan Rumah Tahanan Bajawa sekarang.

Dalam struktur pemerintahan ketika itu, kawasan kota Bajawa termasuk dalam wilayah Haminte Ngadabawa dengan kepala haminte atau kepala mere yang pertama Waghe Mawo yang kemudian diganti oleh Nono Ene. Wilayah Haminte Ngadabawa meliputi kawasan kota Bajawa dan kampung sekitarnya yaitu Bhajawa, Bokua, Boseka, Bongiso, Boripo, Pigasina, Wakomenge, Wolowio, Beiposo, Likowali, Warusoba, Watujaji, Bowejo, Bosiko, Bejo, Bobou, Fui, Seso dan Boba. Setelah kemerdekaan, Nono Ene digantikan oleh Thomas Siu sebagai Kepala Mere Ngadabawa melalui pemilihan langsung. Menjelang pembentukan Daerah Tingkat II Ngada, Thomas Siu diganti oleh Paulus Maku Djawa.

Dari Kemerdekaan Indonesia Sampai Terbentuknya Kabupaten Ngada (1945-1958)

Sampai kemerdekaan tahun 1945, kawasan kota Bajawa hanya terdiri dari kompleks gereja dan pastoran Paroki MBC, lapangan, rumah jabatan Controleur, pesanggrahan, kantor Controleur, Sekolah Rakyat Bajawa, rumah sakit lama, pasar lama, kompleks pertokoan lama, rumah penjara, tangsi Polisi dan sejumlah rumah dinas pegawai. Pemukiman penduduk berada di luar kawasan kota pada kampung-kampung sebagaimana digambarkan di atas.

Perkembangan kawasan kota Bajawa setelah kemerdekaan tahun 1945 sampai tahun 1950 berjalan sangat lambat. Keadaan Negara Indonesia yang berada dalam masa perang kemerdekaan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kota Bajawa. Hampir tidak ada perkembangan. Setelah pada tahun 1950 Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dan suasana perang berakhir, kota Bajawa mulai sedikit bertumbuh.

Pada 5 Desember 1953, para Suster Karmel Tak Berkasut membuka biara di Bajawa. Mereka langsung menempati pintu masuk kota Bajawa. Kehadiran para Suster Karmel Tak Berkasut dengan Klausura Agung di Bajawa, dengan doa dan keteladanan mereka, membawa nuansa yang khas bagi kota Bajawa dan perkembangan Gereja Katolik di Bajawa dan sekitarnya.

Pada tahun 1954, SRK Bajawa II ( sekarang SDK Kisanata ) didirikan. Bersamaan dengan itu, SRK Bajawa I ( sekarang SDK Tanalodu ) yang dibangun pada tahun 1912 berpindah lokasi ke tempat sekarang. Kedua sekolah tersebut akhirnya berdiri berdampingan, SRK Bajawa I untuk anak laki-laki dan SRK Bajawa II untuk anak perempuan.

Pada bulan Januari 1955, Yayasan Vedapura yang berdiri di Ende membuka Kantor Cabang Vedapura di Bajawa. Yayasan ini menangani persekolahan Katolik untuk seluruh wilayah Ngada, Nagekeo dan Riung, dan menempati kantornya sampai sekarang di Jalan Sugiopranoto Bajawa. Selain Yayasan Vedapura, berdiri pula Yayasan Sanjaya yang mendirikan SMPK Sanjaya Bajawa pada 1 Agustus 1955, sebagai SMP yang pertama untuk kota Bajawa dan menempati lokasi pada SMPN I Bajawa sekarang.

Pada 4 Maret 1957, para Suster FMM memulai karya mereka di bidang pendidikan, kesehatan dan karya sosial lainnya di Bajawa. Mereka membangun biara di luar kawasan kota bagian utara, pada lokasi yang mereka tempati sekarang di Jalan Yos Sudarso.

Luas kawasan pusat kota Bajawa mengalami sedikit perkembangan dengan kehadiran biara Karmel, SMPK Sanjaya, Susteran FMM dan SRK Bajawa II. Pada saat ditetapkan menjadi ibukota Daerah Tingkat II Ngada, kawasan pusat kota Bajawa adalah utara dengan biara FMM, selatan dengan biara Karmel, timur dengan SMP Sanjaya dan pekuburan Katolik, barat dengan kali Waewoki, yang kini kita kenal sebagai “ down town ” atau kota lama.

Mengenai terpilihnya kota Bajawa menjadi ibukota Daerah Tingkat II Ngada, H. Nainawa menuturkan bahwa pada mulanya Bajawa bersaing ketat dengan Boawae sebagai calon ibukota Daerah Tingkat II Ngada yang akan dibentuk. Dalam suatu pertemuan pada awal tahun 1958 di rumah jabatan Bupati sekarang yang dipimpin oleh Don J. D. da Silva yang ketika itu sebagai pejabat dari Provinsi Sunda Kecil, Frans Dapangole dan Emanuel Lena sebagai utusan dari Swapraja Nagekeo mengusulkan Boawae sebagai ibukota karena lebih berada di tengah. Sedangkan utusan dari Swapraja Ngada, A. J. Siwemole dan H. Nainawa serta Jan Jos Botha sebagai Ketua Partai Katolik Ngada mengusulkan Bajawa sebagai ibukota dengan pertimbangan sejarah yaitu bahwa Bajawa pernah menjadi ibukota Onder Afdeling Ngada dan sudah tersedia rumah jabatan serta kantor-kantor peninggalan Onder Afdeling Ngada.

Bajawa kemudian ditetapkan menjadi ibukota Daerah Tingkat II Ngada dengan Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, tanggal 12 Juli 1958, dan peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 1958.

Saturday, April 25, 2015

Polres Ende Gunakan Drone (pesawat tanpa awak) Untuk Pantau Arus Lalu Lintas Kota Ende

ENDE -- Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Ende saat ini menggunakan drone (pesawat tanpa awak, Red) untuk memantau perkembangan lalu lintas yang terjadi di kota itu. Penggunaan drone untuk memantau lalu lintas merupakan yang pertama di NTT.

Kepala Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Ende, AKP Indra G Kusuma, mengatakan hal itu kepada Pos Kupang di Ende, Kamis (23/4/2015).

Indra mengatakan, untuk memantau perkembangan lalu lintas yang terjadi di Kota Ende, pihaknya melakukan terobosan dengan mendatangkan pesawat tanpa awak atau yang lazim disebut drone. Hal itu untuk mempermudah pemantauan terhadap semua perkembangan lalu lintas dari sudut berbeda.

"Artinya, pelaksanaan pemantauan tidak saja terbatas pada anggota polisi turun ke jalan, tapi bisa dilakukan dari atas udara sehingga dapat diambil langkah-langkah atau tindakan terkait dengan kejadian lalu lintas yang ada," kata Indra.

Menurut Indra, idealnya penggunaan drone dilakukan di daerah atau kota yang memiliki tingkat kemacetan tinggi, seperti di Jawa. Namun tidak tertutup kemungkinan bisa dilakukan di kota dengan tingkat kemacetan rendah seperti di Kota Ende.

"Apa yang kerap kita lihat di televisi terkait pemantuan lalu lintas kini bisa kita lihat langsung di Kota Ende saat ini karena Satuan Lalu Lintas Polres Ende telah menggunakan drone untuk pelaksanaan pemantaun lalu lintas," kata Indra.

Dijelaskannya, penggunaan drone oleh Satuan Lalu Lintas Polres Ende saat ini masih ujicoba. Selain keberadaan alat tersebut masih merupakan hal asing, juga karena belum ada tenaga teknis yang benar-benar mahir mengoperasikan drone.

"Kita masih sangat hati-hati menggunakannya terutama ketika dioperasikan di dekat bandara karena dikhawatirkan bisa mengganggu penerbangan yang bisa berakibat fatal," kata Indra.

Dijelaskannya, pesawat tanpa awak itu mampu beroperasi setinggi 1.000 meter dari permukaan bumi serta bisa mengambil gambar dan video yang bisa langsung dianalisa di darat. "Keberadaan pesawat tanpa awak kalau di kota besar yang tingkat kerawanananya tinggi bisa juga dilengkapi dengan senjata untuk membubarkan massa. Tapi untuk kita di Ende digunakan untuk memantau lalu lintas," kata Indra.

Sumber Pos Kupang

Wednesday, April 22, 2015

Gadis Ende lio Dengan Busana Daerah Lawo

.Back To Nature

BUPATI ENDE BUKA OLIMPIADE OLAH RAGA SISWA NASIONAL

Bupati Ende, Ir. Marsel Petu membuka kegiatan Olimpiade Olahraga Nasional (O2SN) Tingkat SD, SMP, SMA Se-Kabupaten Ende. Acara dilaksanakan di Lapangan Pancasila Ende. Senin (20/4/2015). Kegiatan tersebut dihadiri Wakil Bupati Ende, Drs. Djafar Achmad, Ketua DPRD Kabupaten Ende, Herman Yosef Wadhi,Dandim 1602, serta para pimpinan, Badan dan Dinas serta bagian dalam lingkup Setda Ende.

Dalam sambutannya Bupati Marsel mengatakan pelaksanaan Olimpiade Olahraga Nasional (O2SN) merupakan pertandingan yang sudah dikenal dan berkelanjutan yang sering dilaksanakan di sekolah. Kegiatan ini merupakan suatu wadah bagi siswa untuk mengimplementasikan pembelajaran dalam rangka menyehatkan jasmani dan daya tingkat kreatifitas.

Menurut Bupati Marsel bahwa kegiatan O2SN dipandang perlu untuk memprogramkan secara berjenjang di sekolah baik di Tingkat Kabupaten, Propinsi maupun di Tingkat Nasional. Terkait dengan pelaksanaan O2SN, Bupati Marsel mengatakan pelaksanaan O2SN di Kabupaten Ende menunjukkan prestasi yang baik, oleh karena itu pemerintah perlu mendorong pertumbuhan khususnya kegiatan Olimpiade Olahraga Nasional (O2SN) di tingkat SD,SMP maupun SMA.

Bupati Marsel berharap kegiatan ini mampu menjadi ajang pembinaan dan prestasi bagi anak. "Saya berharap kegiatan ini mampu menjadi ajang pembinaan dan prestasi bagi anak kita, sehingga mereka mampu berkompetisi baik di Tingkat Propinsi maupun tingkat Nasional,"kata Bupati Marsel.

Dalam kesempatan itu Bupati Marsel menghimbau kepada semua peserta O2SN agar tidak hanya mengejar kemenangan saja melainkan juga menjaga persaudaraan dan sportivitas. "Saya menghimbau kepada semua peserta O2SN agar tidak hanya mengejar kemenangan saja akan tetapi harus menjaga persaudaraan dan sportivitas, manfaatkan kegiatan O2SN ini untuk menemukan bibit berbakat dan bisa menjadi duta – duta Kabupaten Ende serta mampu bersaing di event Tingkat Propinsi maupun Nasional,"himbau Bupati Marsel.

"Kalah bukan menjadi masalah, yang curang mungkin bisa menang, tapi kemenangan yang sejati hanya dimiliki oleh orang – orang yang berjuang tidak hanya mengandalkan otot dan strategi saja tetapi mereka yang berjuang dengan hati" tegas Bupati Marse.

Sumber portal.endekab

Wisata Ke Pantai Pasir Putih Maurole Kabupaten Ende

Selain danau tiga warna Kelimutu di kecamatan kelimutu desa pemo,situs Bung Karno di kota Ende,pantai pasir putih maurole juga  menjadi tempat wisata yang indah dan menarik untuk dikunjungi.

Tuesday, April 21, 2015

Pembangunan Dermaga Mulfungsi Ipii Ende Pajangnya Mencapai 291 Meter

Pembangunan dermaga baru Mulfungsi ipii Ende yang pajangnya mencapai 291 meter saat ini dalam proses perampungan..

Untuk di ketahui pembangunan dermaga multifugsi tersebut dilkukan selama tiga tahap, dimulai tahun 2013, dilanjutkan tahun 2014 dan akan berakhir tahun 2015 ini. "Untuk tahun 2013 pelaksanaan pembangunan dilakukan PT Guna Karya Nusantara dengan biaya dari APBN Rp 38.188.260.000 serta tahap kedua dengan biaya Rp 24,2 miliar. Sementara tahap ketiga sesuai dana yang ada dalam DIPA sebesar Rp 26 miliar.

Semoga Ekonomi Flores semakin maju.

Monday, April 20, 2015

Kampung Adat Nggela Kab Ende

Salah satu desa tujuan wisata di kabupaten Ende

Pasar Seni/ Pasar Tenun Ikat Nggela Ende

Pasar Nggela merupakan pasar mingguan, setiap hari Kamis bertemu para Pedagang & Pembeli segala macam kebutuhan hidup. Kini berangsur-angsur menjadi pasar harian ketika para wisatawan berdatangan ke Nggela, menjadi Pasar Seni/ Pasar Tenun Ikat. Terima kasih perempuan-perempuan HEBAT from Nggela. Proses panjang untuk menuju NGGELA LIOnese Cultural Ecotourism.
Salam 3M (Melibatkan, Mengembangkan, Mencerdaskan)

Foto; NGGELA X'otic

The Beauty Scenery At Kelimutu National Park Ende


Selfie Berlatar Kampus IV UNFLOR Ende


Fajar Merekah Pantai Ipi Ende

Fajar Merekah Pantai Ipi,Tepatnya di dermaga baru Ipii Ende

Sunset di Pantai Nanganesa Ende

Sunset di Pantai Nanganesa Kecamatan Ende Timur kota Ende

Thursday, April 16, 2015

Pasar Senggol Ende Akan Dibangun Tingkat

ENDE -- Pasar Potulando atau dikenal Pasar Senggol di Kelurahan Potulando, Kecamatan Ende Tengah, Kabupaten Ende, akan dibangun baru di lokasi yang sama dengan dana Rp 5 miliar.

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Ende, Kosmas Nyo, mengatakan hal itu di Ende, Sabtu (11/4/2015). Kosmas mengatakan, pasar yang terbakar tahun 2013 itu akan dibangun kembali.
"Setelah kebakaran saat itu pemerintah membangun kembali pasar tapi masih bersifat darurat. Kini bangunan darurat akan dibongkar lagi karena di atasnya akan dibangun kembali pasar permanen dengan pagu dana Rp 5 miliar," kata Kosmas.

Sesuai rencana, jelas Kosmas, bangunan pasar permanen akan dibuat bertingkat karena di lantai dasar akan digunakan sebagai lapangan parkir. Sementara lantai atas digunakan sebagai lokasi pasar.
"Kalau ditanya pasti saya dapat pastikan bahwa rencana pembangunan Pasar Senggol akan dilakukan dalam tahun 2015 melalui APBD Perubahan," kata Kosmas.

Kosmas mengatakan, pembangunan kembali Pasar Senggol oleh pemerintah karena pemerintah menilai pasar itu sangat strategis bagi perkembangan ekonomi masyarakat di Kota Ende.

Sebelum membangun Pasar Senggol, kata Kosmas, pemerintah terlebih duhulu memindahkan para pedagang yang menempati pasar ke tempat lain. Diharapkan pengertian dari para pedagang agar mau direlokasi sementara.

Beberapa pedagang dan pengunjung Pasar Senggol yang dimintai komentarnya terkait rencana pemerintah membangun kembali Pasar Senggol mengatakan bersyukur. "Syukurlah kalau memang dibangun kembali," kata Achmad saat ditemui di Pasar Senggol, Minggu (12/4/2015).

Achmad mengatakan, keberadaan Pasar Senggol cukup strategis sehingga wajar kalau pemerintah membangun kembali pasar yang ada dengan bangunan permanen.

Dia berharap agar setelah dibangun pasar yang ada bisa dikelola serta ditata dengan baik sehingga tidak terlihat kumuh. Juga diharapkan di lokasi pasar tidak saja bangunan pasar yang ditata tapi pemerintah juga membangun fasilitas pendukung lainnya seperti WC dan tempat sampah.

Sumber: Pos Kupang

Monday, April 13, 2015

SEBAGAI TEMPAT LAHIR PANCASILA, ENDE JADI PUSAT PERINGATAN HARKITNAS

Kota Ende

Pelaksanaan peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) dalam konteks ekspedisi NKRI akan dipusatkan di Kabupaten Ende. Pemilihan Kabupaten Ende dari beberapa alternatif kabupaten seperti Labuan Bajo, Bajawa dan Kupang bukan tanpa alasan. Pemilihan ini mengingat Kabupaten Ende memiliki nilai historis yang luar biasa terutama sebagai tempat lahirnya Pancasila yang menjadi dasar negara Republik Indonesia. Dan ini sejalan dengan upaya pemerintah yang lagi gencar-gencarnya mengkampanyekan tentang revolusi mental.

Deputy Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Wilem Rampangngiley mengatakan ini pada acara tatap muka dan jamuan makan malam bersama jajaran Pemkab Ende di aula Rumah Jabatan Bupati jln Eltari Rabu (8/4/15) malam.

Menurut Rampangngiley, selain sebagai tempat lahirnya Pancasila, alasan lain yang ikut memperkuat dipilihnya Ende sebagai pusat peringatan Harkitnas adalah faktor kerukunan hidup umat beragama. Kerukunan hidup umat beragama di wilayah ini kata Rampangngiley, sangat menonjol dan menjadi contoh bagi daerah-daerah lain di Indonesia. Karena di daerah lain banyak terjadi konlik karena isyu SARA.

“Jadi dalam rapat dan diskusi kami mengenai tempat peringatan Harkitnas dan atas pertimbangan Menko PMK, maka kami memilih Ende untuk menjadi pusat peringatan Harkitnas dalam konteks ekspedisi NKRI, pertimbangan dasar kami mengingat Ende sebagai tempat lahir Pancasila juga karena kerukunan hidup umat beragama di wilayah ini sangat bagus dan menonjol”ujarnya.

Ia menuturkan, pada peringatan Harkitnas yang akan dilaksanakan tanggal 20 Mei mendatang Menteri Koordinator Pembangunan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Puan Maharani, akan bertindak sebagai Inspektur Upacara. Kegiatan peringatan Harkitnas ini katanya lagi akan dikoordinir Dandim 1602 Ende beserta jajarannya.

Pada kesempatan tatap muka tersebut Deputy Menko PMK juga menginformasikan kepada Bupati bahwa pada peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni mendatang pihaknya telah berkoordinasi dengan Komandan Pasukan Pengawal Presiden untuk memastikan kehadiran Presiden Joko Widodo. Dan sesuai informasi yang diterima menurut rencana Presiden Joko Widodo akan hadir pada kegiatan tersebut.

Bupati Ende, Marselinus Y. W. Petu dihadapan Deputy dan rombongan menyatakan kesiapan pemerintah dan masyarakat Kabupaten Ende mensukseskan dua agenda besar yaitu Peringatan Hari Kebangkitan Nasional dan Hari Lahir Pancasila. Bupati juga menyampaikan harapannya dan masyarakat Kabupaten Ende agar Presiden Joko Widodo dapat hadir pada Peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni mendatang.

Sumber: portal.endekab.go.id

Sunday, April 12, 2015

Bupati Ende Pantau Pelaksanaan UN

Ende, Bupati Ende, Marselinus Y.W Petu, Senin (13/4)  memantau pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/MA dan SMK di beberapa sekolah di daerah itu.

Sekolah yang dipantau pada pelaksanaan UN hari pertama adalah SMA Katolik St Thomas Morus, Madrasah Aliyah Negri (MAN)  Ende dan SMKN II.

Kepada Flobamora.net , Bupati Marsel mengatakan, pemantauan yang dilakukannya untuk memberi dukungan moral kepada para siswa dan sekolah penyelenggara Ujian Nasional.

Menurutnya, ketika dunia pendidikan melakukan proses pendidikan dengan baik maka hasilnya tentunya baik. Dan jika prosesnya tidak baik maka hasil yang akan dituai tentu tidak baik pula.

Di hadapan Kepala MAN Ende bersama para guru dia mengatakan, dirinya merasa yakin pendidikan di sekolah ini tentunya berjalan baik dan hasil yang dicapai tentu baik.

Dia juga mengimbau, staf  pengajar dan para pengawas untuk tidak melakukan praktik-praktik yang mencederai dunia pendidikan dengan melakukan kecurangan.

"Kepada panitia lokal dan pengawas, saya berharap untuk tidak bertindak curang. Jangan mencederai kabupaten ini dengan membuat kecurangan," katanya.

Sementara itu Kepala MAN Ende, Samsudin Thalib mengatakan, jumlah peserta UN di sekolahnya sebanyak 103 dan 16 siswa titipan dari SMA Walisanga. Dia berkeyakinan anak didiknya bisa menyelesaikan seluruh ujian dengan baik dan menuai hasil yang maksimal.

"Kami sudah lakukan bimbingan belajar dari bulan September, melakukan tryout selama tiga kali dan terus menerus mengerjakan soal-soal UN tahun sebelumnya. Saya yakin tahun ini hasil maksimal dapat kami peroleh seperti tahun sebelumnya yakni 100 persen," ujar Thalib.

Salah seorang siswa MAN Ende, Sri Ayu Anggila pelajar kelas 12 IPA II mengatakan, mata pelajaran UN hari pertama yakni Bahasa Indonesia. Dia mengaku bisa mengerjakan soal-soal dengan baik. ***

Saturday, April 11, 2015

Ende akan Jadi Pusat Pelabuhan di Pantai Selatan Flores

 Ende. Dalam jumpa wartawan, Rabu (8/4) lalu, Bupati Marsel mengatakan, targetnya ke depan Pelabuhan Ende menjadi salah satu titik destinasi rencana Tol Laut yang akan dibangun pemerintah pusat.

"Kita berharap perjalanan dalam kaitan dengan tol laut harus masuk Pelabuhan Ende, baik itu kapal penumpang maupun kapal barang, " ujar Bupati Marsel sambil mengatakan, rencana tersebut mendapat dukungan dari pengambil kebijakan terutama Kementerian Perhubungan.

Untuk menjawabinya, tambah Bupati Marsel, dirinya berharap Kementerian Perhubungan bisa mengalokasikan anggaran untuk pembangunan dermaga yang memadai, memenuhi syarat dan menjawabi situasi iklim di Ende sehingga tidak menghambat kapal penumpang dan barang di pelabuhan.

Ende,Bupati Marselinus Y.W Petu bertekad menjadikan Pelabuhan Ende sebagai pusat pelabuhan di pantai selatan Pulau flores. Keinginan tersebut sedang diperjuangkan ke pemerintah pusat.

Star One Pub & Karaoke Nanganesa Ende

Star One Pub & Karaoke Nanganesa Ende 
Salah satu tempat hiburan/wisata malam di kota Ende