Ende, Beras untuk masyarakat miskin/Raskin yang selama ini menjadi program primadona pemerintah untuk mengentaskan kekurangan pangan dikalangan masyarakat bila dikaji secara mendalam punya nilai kurang dan lebihnya. Bagi warga masyarakat di 5 Desa dalam wilayah Kecamatan Detusoko, kehadiran Raskin justru menjadi beban psikologis dan rasa malu. Seolah warga sudah tidak bisa buat apa-apa lagi dalam hal mencari nafkah.” Raskin buat jadi malas. Tidak mau usaha. Ini komitmen masyarakat di 5 Desa dalam wilayah Kecamatan Detusoko” Ujar Ignas Kapo, Senin pagi (09/02/15) usai apel pembukaan ekspedisi NKRI Kepulauan Nusa Tenggara Korwil VI Ende di Markas Brimob Ende.
Dia
menambahkan bagi masyarakat di 5 Desa dalam Kecamatannya memiliki filosofi
kalau mau makan harus usaha sendiri.Bukan tadah tangan. “Ini baru manusia
bermartabat” Ucapnya tegas. Kata Camat Ignas, Masyarakat 5 Desa tersebut
masing-masing Desa Woloogai, Kelurahan Detusoko, Desa Detusoko Barat, Desa
Sipijena dan Desa Wolofeo. Ke-5 Desa/kelurahan ini menolak Raskin sudah sejak
lama.
Berkaitan
dengan ini, demikian Ignas Kapo,pihaknya terus berusaha memberi motivasi kepada
para petani diwilayahnya untuk lebih giat bekerja keras dengan memanfaatkan
setiap jengkal tanah pertanian basah. Sebab, sebagian tanah pertanian di
Detusoko masih bisa diusahakan dan diberdayakan menjadi lahan sawah.
Salah
seorang petani di Desa Wolofeo, Markus Satu yang kebetulan bersamaan dengan
camatnya mengatakan, sejak awal program Raskin, ia dan kelompoknya sudah tidak
simpati. Sebab alokasinya merata bagi semua masyarakat desa. Padahal ada desa
yang sangat potensial untuk menghasilkan beras.” Kami tidak mau terjebak dengan
Raskin. Lahan kami cukup potensial untuk menghasilkan beras. Hanya orang
pemalas saja yang suka tadah tangan menunggu pengasihan orang lain” paparnya
dengan nada ketus.
No comments:
Post a Comment