Gubernur
Nusa Tenggara Timur (NTT) Frans Lebu Raya mengatakan, Kabupaten Ende
merupakan simbol toleransi dan keberagaman di provinsi kepulauan
tersebut yang dapat dijadikan sebagai sebuah kekuatan baru untuk
mendorong pelaksanaan pembangunan.
“Simbol tersebut harus tetap terjaga dengan baik. Jaga daerah ini agar tidak dirobek – robek oleh primordialisme sempit yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat,” kata Lebu Raya saat melantik Bupati dan Wakil Bupati Ende masa jabatan 2014 – 2019, Marselinus Y.W Petu dan H. Djafar Achmad, Senin (7/4).
Menurut Lebu Raya, suasana keberagaman di Ende itulah yang telah menginspirasi Bung Karno merenungi lima butir Pancasila. Ende dikenal sebagai rahimnya Pancasila. Kehidupan bersama itulah yang tetap harus dijaga sebagaimana kokohnya Pancasila di negeri ini.
Kepada Marsel – Djafar, Lebu Raya menitipkan pula sejumlah persoalan yang harus dibenahi pada masa kepemimpinan mereka lima tahun ke depan. Persoalan –persoalan itu antara lain, menjadikan Bandara Hasan Aroeboesman sebagai bandara utama di daratan Flores, mengingat bandaran ini termasuk Bandara teramai di NTT.
“Bandara ini, master plannya seakan menghubungi Teluk Ipi dan Teluk Ende. Menjadi mimpi besar kita menjadikannya sebagai Bandara terbesar di daratan Flores. Untuk itu, butuh sebuah keputusan besar meski mahal biayanya,” katanya.
Hal lain yang menjadi perhatian adalah, menjadikan Danau Kelimutu sebagai pintu gerbang pariwisata di Kabupaten Ende. Sayangnya, manajemen pengelolaannya masih seperti dulu. Potensi yang dimiliki belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi ini harus dijual habis-habisan ke seluruh dunia dan Butuh kerja sama semua pihak.
Ende, kata Lebu Raya, memiliki kekayaan kuliner yang tiada bandingnya. Dari dulu orang mengenal Ubi Nuabosi dan Pisang Baranga, sayangnya kemasannya dari dulu sampai sekarang juga tetap seperti itu.
“Untuk membuat kedua kuliner ini makin terkenal, perlu perhatian serius pemerintah dalam melakukan berbagai inovasi yang mendatangkan manfaat bagi masyarakat di daerah ini,” ujarnya.
Menyinggung acara pelantikan pada kesempatan itu, dia menuturkan, momentum tersebut melegitimasi dimulainya tugas dan tanggung jawab Marsel – Djafar sebagai bupati dan wakil bupati.Monentum hari ini adalah memaklumatkan kepada masyarakat Kabupaten Ende, jika mereka telah memiliki pemimpin baru..
Kata dia, Ende di masa depan, ada di tangan Marsel – Djafar. Hendaknya bupati dan wakil dan bupati menjadi nakhoda dan soko guru yang baik. Pasalnya, masa depan Ende ada di tangan bupati dan wakil bupatinya yang baru.
“Jika pada lima tahun lalu, saya melantik pejabat terdahulu dalam pekan suci menjelang Paskah, hari ini juga momentum tersebut terulang kembali dalam pekan sengsara menjelang Paskah. Dua momentum ini dalam masa liturgis yang sama. Inilah sebuah prosesi dan ungkapan cinta masyarakat daerah ini . Berilah dirimu untuk berbakti kepada masyarakat Kabupaten Ende,” paparnya.
Dia meminta Marsel –Djafar dalam bingkai kesederhanaan dan kerendahan diri dalam memulai sebuah tugas pengabdian. Jangan ubah kebiasaan menerima masyarakat setiap saat. Tetaplah dalam potret kesederhanaan.
Dia juga berharap, Marsel –Djafar untuk merekatkan kembali sendi-sendi kehidupan masyarakat yang sempat longgar selama masa Pemilukada akhir tahun lalu dan menjadikannya sebagai sebuah kekuatan baru untuk menapak masa depan.
“Khusus tentang PNS di lingkup Pemerintah Kabupaten Ende, mungkin ada yang berbeda pada masa suksesi kali lalu, satukan semua kekuatan ini untuk memangun Ende ke depan. Untuk itu cermati juga undang-undang baru tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam rekruitmen dan penempatan seseorang dalam jabatan,” pungkasnya.
“Simbol tersebut harus tetap terjaga dengan baik. Jaga daerah ini agar tidak dirobek – robek oleh primordialisme sempit yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat,” kata Lebu Raya saat melantik Bupati dan Wakil Bupati Ende masa jabatan 2014 – 2019, Marselinus Y.W Petu dan H. Djafar Achmad, Senin (7/4).
Menurut Lebu Raya, suasana keberagaman di Ende itulah yang telah menginspirasi Bung Karno merenungi lima butir Pancasila. Ende dikenal sebagai rahimnya Pancasila. Kehidupan bersama itulah yang tetap harus dijaga sebagaimana kokohnya Pancasila di negeri ini.
Kepada Marsel – Djafar, Lebu Raya menitipkan pula sejumlah persoalan yang harus dibenahi pada masa kepemimpinan mereka lima tahun ke depan. Persoalan –persoalan itu antara lain, menjadikan Bandara Hasan Aroeboesman sebagai bandara utama di daratan Flores, mengingat bandaran ini termasuk Bandara teramai di NTT.
“Bandara ini, master plannya seakan menghubungi Teluk Ipi dan Teluk Ende. Menjadi mimpi besar kita menjadikannya sebagai Bandara terbesar di daratan Flores. Untuk itu, butuh sebuah keputusan besar meski mahal biayanya,” katanya.
Hal lain yang menjadi perhatian adalah, menjadikan Danau Kelimutu sebagai pintu gerbang pariwisata di Kabupaten Ende. Sayangnya, manajemen pengelolaannya masih seperti dulu. Potensi yang dimiliki belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi ini harus dijual habis-habisan ke seluruh dunia dan Butuh kerja sama semua pihak.
Ende, kata Lebu Raya, memiliki kekayaan kuliner yang tiada bandingnya. Dari dulu orang mengenal Ubi Nuabosi dan Pisang Baranga, sayangnya kemasannya dari dulu sampai sekarang juga tetap seperti itu.
“Untuk membuat kedua kuliner ini makin terkenal, perlu perhatian serius pemerintah dalam melakukan berbagai inovasi yang mendatangkan manfaat bagi masyarakat di daerah ini,” ujarnya.
Menyinggung acara pelantikan pada kesempatan itu, dia menuturkan, momentum tersebut melegitimasi dimulainya tugas dan tanggung jawab Marsel – Djafar sebagai bupati dan wakil bupati.Monentum hari ini adalah memaklumatkan kepada masyarakat Kabupaten Ende, jika mereka telah memiliki pemimpin baru..
Kata dia, Ende di masa depan, ada di tangan Marsel – Djafar. Hendaknya bupati dan wakil dan bupati menjadi nakhoda dan soko guru yang baik. Pasalnya, masa depan Ende ada di tangan bupati dan wakil bupatinya yang baru.
“Jika pada lima tahun lalu, saya melantik pejabat terdahulu dalam pekan suci menjelang Paskah, hari ini juga momentum tersebut terulang kembali dalam pekan sengsara menjelang Paskah. Dua momentum ini dalam masa liturgis yang sama. Inilah sebuah prosesi dan ungkapan cinta masyarakat daerah ini . Berilah dirimu untuk berbakti kepada masyarakat Kabupaten Ende,” paparnya.
Dia meminta Marsel –Djafar dalam bingkai kesederhanaan dan kerendahan diri dalam memulai sebuah tugas pengabdian. Jangan ubah kebiasaan menerima masyarakat setiap saat. Tetaplah dalam potret kesederhanaan.
Dia juga berharap, Marsel –Djafar untuk merekatkan kembali sendi-sendi kehidupan masyarakat yang sempat longgar selama masa Pemilukada akhir tahun lalu dan menjadikannya sebagai sebuah kekuatan baru untuk menapak masa depan.
“Khusus tentang PNS di lingkup Pemerintah Kabupaten Ende, mungkin ada yang berbeda pada masa suksesi kali lalu, satukan semua kekuatan ini untuk memangun Ende ke depan. Untuk itu cermati juga undang-undang baru tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam rekruitmen dan penempatan seseorang dalam jabatan,” pungkasnya.
No comments:
Post a Comment