10
tahun Pemerintah dan masyarakat Kab.Ende-NTT berperang melawan makluk
tak bernyawa. Selama 10 tahun itu juga sejumlah bendera berkibar di
dermaga Ipi, tapi tidak ada satupun bendera kemenangan yang bisa
dikibarkan. Dan di penghujung 10 tahun itu, tepatnya pada tanggal 6
Maret 2014, hanya bendera NMS ( Nautic Maritim Salvage) yang mampu
bertahan atas kerasnya gelombang dan arus laut sawu serta mampu keluar
sebagai pemenang setelah memporak-porandakan semua anggapan irasional,
segala bujukan bernuansa politis dan segala rayuan bernafaskan kolusi.
Ketika
dentuman balon gas raksasa membangunkan peniup sangkakala dari tidur
panjang, semua makluk bawah laut hingar bingar ketakutan karena sebentar
lagi sangkakala berbunyi petanda perang dan bencana datang. Memang
benar, sangkakala berbunyi memekakkan telinga, diikuti deru gas
menggelembungkan balon di empat penjuru mata angin. Dengan dan dalam
hitungan mundur yang diawali angka 3, bah kiamat datang.Tulang belulang
dan sisa-sisa usus Nusa Damai tergoncang dan terdongkrak tak ampun,
membumbung dan membawa bangkai sial ke permukaan jagat. Semua mata
menatap-lahap bangkai pulau bencana, si Nusa Damai yang terkepung-apung.
Itulah detik-detik runtuhnya kecongkakan yang harus berakhir dengan
kebinasaan.
Kini
makluk tak bernyawa itu yang sudah meluluh-lantakan harapan putra dan
putri kelimutu untuk bisa hidup lebih baik lagi dan hilang selama 10
tahun, harus bertekuk lutut di kaki sang pahlawan nusa bunga, PT.Nautic
Maritim Salvage. Anak-anak asuhan Syaiful sang jenderal lapangan yang
mengomandani tim evakuasi Nusa Damai membuat makluk tak bernyawa ini tak
bisa berspekulasi lagi. Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, Nusa
Damai sang bangkai harus minggat dibawah paksaan teknologi berantai,
kecerdasan sang komandan dan ketrampilan juru selam.
Selesai
sudah perang melawan Nusa Damai yang 10 tahun telah membuat
ketidak-damaian bagi kapal yang merapat dan membuang sauh di kolam labuh
dermaga Ipi Ende. Perang pamungkas ini adalah perang kota, perang
teknologi tanpa ada sentuhan politis, kepentingan atau afiliasi pada
siapapun di Ende ini, kecuali untuk dan demi kemaslahatan masyarakat
Kabupaten Ende.Kini bangkai Nusa Damai itu terseret arus laut selatan
dan tenggara, membiarkan kolam labuh tersenyum simpuh menatap tanpa
rasa. Semua sudah selesai.
Kerinduan
masyarakat Ende yang sudah terpotong-potong, saat ini sudah menyatu
kembali dan malah justeru memperkuat komitmen dan karya nyata agar kolam
labuh dermaga Ipi akan menampakan lalu lalang dan hilir mudik kapal
barang dan penumpang yang mencerminkan bangkitnya kembali arus barang
dan jasa, yang menelusuri samudera lepas, membingkai rantai perekonomian
menuju pantai tebusan.
Di
wajah anak nelayan kini nampak ada asa. Di mata ibu-ibu ada binar bah
bintang timur. Di mata anak putus sekolah ada tawa karena sebentar lagi
mereka sudah bisa mengais rejeki tanpa meminta-minta. Merebut bagasi
menjadikannya rupiah dari keringat dan darah.
Keramaian
bandar yang tertidur sejak lama, terbelalak lagi terkena siraman cahaya
pagi dan rona benderang petromax beraliran malam hari. Simpang siur
mobil menunggu dan mencari penumpang menyatu dengan para portir yang
sigap memandu dan memikul barang. Semuanya menjadi hidup dan
menghidupkan suasana serta kegairahan yang selama 10 tahun mati suri.
“Pak,
sodho abe Baba Bupati, abe imu mai Jawa ata selama na kema mbana pati
wau kapal Nusa Damai.Kami bala tazo ozo kema abe. Ono rina ra Nggae
dewa, mbeja na abe wi mbana iwa saza raza, mbana neka raza masa, zeta
neka wozo eo mozo, mae sidi soi”Pak, sampaikan pada Bapak Bupati,
teman-teman dari jawa/tim evakuasi KM.Nusa Damai, doa kami selalu
bersama mereka.Biar semua pekerjaan mereka selalu terhindar dari
hambatan dan aral yang melintang, berjalan mulus” Ungkap Hadijah salah
seorang ibu yang biasa menjual kopi dan buah-buahan di pelabuhan Ipi.
Ketulusan
ungkapan hati dari Ibu Hadijah ini mencerminkan begitu besar harapannya
agar dalam waktu yang tidak lama lagi kapal-kapal roro dari Surabaya
sudah bisa datang ke Ende dan menjalankan aktifitas bongkar muat barang
dan penumpang. Karena dari situlah ia mengais rejeki untuk membiayai
hidupnya dan menyekolahkan anaknya.
Salah
seorang portir, Arifin Nubi juga mengisahkan keluhannya. Arifin yang
tinggal dibilangan Ambutonda, Kelurahan Kota Raja ini mengatakan, ia
bekerja sebagai portir sudah 23 tahun.Setelah kasus tenggelamnya KLM
Nusa Damai, pendapatannya menurun drastic. Sebab ia hanya berharap pada
datangnya kapal penumpang PT.Pelni, KM.Awu. Itupun 2 minggu sekali.
Namun ketika kapal roro beroperasi secara rutin di pelabuhan Ipi,
pendapatannya nterbilang cukup baik. Karena kapal roro boleh dikatakan
hampir setiap 2 hari sekali merapat di dermaga Ipi. Selain menjalani
pekerjaan sebagai portir, ia juga menjual makanan ringan/kue dan kopi
serta kelapa muda. “ dari kerja sebagai portir saja, sebulannya saya
bisa dapat 1 juta lebih. Belum hasil jualan kopi dan makanan ringan, itu
untungnya kalau dijumlah dalam 1 bulan bisa mencapai 650 ribu Pak.
Setelah Nusa Damai tenggelam, anak saya yang kedua putus sekolah. Hanya
sampai SMP saja Pak. Ya, saya sangat berterima kasih pada Bapak Bupati
yang sudah berjuang keras dan menunjuk tim dari Surabaya itu pindahkan
kapal yang tenggelam. Kan roro pasti akan datang lagi.” Ujar Arifin
dengan nada penuh harapan.
Lukas
yang berdomisili dibilangan Koponggena dan kesehariannya bekerja
sebagai tukang ojek, begitu mendengar bangkai KM Nusa Damai berhasil
dievakuasi, duduk merunduk berurai air mata. Ia terharu karena setelah
melewati perjuangan yang panjang akhirnya bangkai kapal pembawa
malapetaka ekonomi, bisa digeser sehingga kolam labuh dermaga Ipi dapat
berfungsi lagi. “Sebagai tukang ojek, saya bisa mendapat pemasukan
sebulannya mencapai 1,8 juta pak. Itu baru hasil dari antar jemput
penumpang, siang dan malam hari. Belum ojekan berlangganan dari anak
sekolah. Sekali datang, saya bisa dapat sampai 300 ribu. Sekali antar
biasanya kalau malam, dalam kota per-kali antar 50 rb sampai ditempat.
Bisa 6 kali antar pak termasuk dengan barang.” Kisahnya.
Sementara
itu Bupati Ende, Don Bosco M.Wangge, dalam acara syukuran dan
perpisahan dengan tim evakuasi KM Nusa Damai (Rabu,12/03/14) mengatakan
bahwa ia sudah melakukan kontak dan komunikasi dengan beberapa
perusahaan yang memiliki kapal Roro di Surabaya. Intinya, menyampaikan
bahwa dermaga Ipi Ende-NTT sudah bisa disandari kapal Roro dan kapal
barang serta penumpang lainnya. Penyampaian itu, demikian Bupati
mendapat respon yang baik sekali. “Sekarang hanya pengaturan jadwal
kedatangan sambil menanti beberapa perbaikan dan pekerjaan dermaga yang
saat ini tengah dilaksanakan” Tutur Bupati Wangge.
Selamat
jalan Bapak Syaiful dan kawan-kawan.Selamat bertugas di tempat yang
lain. Kemenangan ini adalah kemenangan masyarakat Ende. Jasamu selalu
kami kenang dalam setiap doa.
No comments:
Post a Comment